Jaringan televisi Al-Jazeera melaporkan hari Rabu (6/11) bahwa sebuah tim pakar Swiss telah menemukan bukti cukup kuat bahwa pemimpin Palestina Yasser Arafat meninggal karena diracun dengan bahan kimia yang disebut Polonium-210.
Tahun lalu, Otorita Palestina mengizinkan penggalian kembali jenazah pemimpin PLO itu, setelah ditemukannya sisa-sisa bahan radioaktif polonium pada pakaiannya ketika ia meninggal. Arafat meninggal di rumah sakit Perancis, tapi penyebab kematiannya waktu itu belum diketahui.
Kecurigaan bahwa Yasser Arafat mungkin dibunuh pada tahun 2004, dengan menggunakan bahan radioaktif beracun polonium, mendorong Otorita Palestina untuk menerima permintaan janda Arafat, Suha mengadakan penyelidikan otopsi baru.
Sebuah lembaga sains Swiss yang memeriksa pakaian Arafat yang tadinya diserahkan oleh Suha kepada jaringan televisi Al-Jazeera sebagai bahan pembuatan film dokumenter, ternyata mengandung kadar polonium-210 yang tinggi. Bahan yang sama ditemukan sebagai penyebab kematian seorang bekas mata-mata Rusia di London tahun 2006.
Namun, hasil pemeriksaan laboratorium di Swiss itu, kata kantor berita Reuters, tidak konsisten dengan laporan medis yang dikeluarkan setelah kematiannya.
“Saya ingin dunia mengetahui tentang pembunuhan Yasser Arafat,” kata janda Arafat Suha, kepada stasiun televisi Al-Jazeera. Ia tidak secara langsung menuduh siapa yang bertanggung-jawab, tapi menambahkan bahwa Israel dan Amerika sama-sama melihat Arafat sebagai penghalang dicapainya perdamaian di Timur Tengah.
Pemerintahan Presiden Palestina Mahmud Abbas setuju untuk membongkar makam Arafat yang dibangun dekat kantor PLO di kota Ramallah, di Tepi Barat.
Otorita Palestina, kata jurubicara Presiden Abbas, Nabil Abu Rudineh waktu itu, siap untuk memberikan kerjasama penuh guna memungkinkan penyelidikan tentang apa yang sebenarnya mengakibatkan kematian Arafat.
Arafat praktis berada dalam tahanan rumah di markas besar PLO di Ramallah selama tiga tahun, sampai ia akhirnya jatuh sakit dan tidak sadar pada bulan Oktober tahun 2004.
Israel membantah terlibat dalam kematian Arafat, dan mantan kepala dinas intelijen Israel, Avi Dichter mengatakan terserah pada Palestina untuk mengadakan otopsi itu.
Polonium ditemukan sebagai penyebab kematian bekas mata-mata Rusia Alexander Litvinenko di London tahun 2006. Polonium-210 dalam kadar cukup tinggi, bisa merusak jaringan-jaringan dan organ tubuh. Pemerintah Inggris tidak berhasil minta ekstradisi dari Rusia, orang yang diduga melakukan pembunuhan itu.
Tahun lalu, Otorita Palestina mengizinkan penggalian kembali jenazah pemimpin PLO itu, setelah ditemukannya sisa-sisa bahan radioaktif polonium pada pakaiannya ketika ia meninggal. Arafat meninggal di rumah sakit Perancis, tapi penyebab kematiannya waktu itu belum diketahui.
Kecurigaan bahwa Yasser Arafat mungkin dibunuh pada tahun 2004, dengan menggunakan bahan radioaktif beracun polonium, mendorong Otorita Palestina untuk menerima permintaan janda Arafat, Suha mengadakan penyelidikan otopsi baru.
Sebuah lembaga sains Swiss yang memeriksa pakaian Arafat yang tadinya diserahkan oleh Suha kepada jaringan televisi Al-Jazeera sebagai bahan pembuatan film dokumenter, ternyata mengandung kadar polonium-210 yang tinggi. Bahan yang sama ditemukan sebagai penyebab kematian seorang bekas mata-mata Rusia di London tahun 2006.
Namun, hasil pemeriksaan laboratorium di Swiss itu, kata kantor berita Reuters, tidak konsisten dengan laporan medis yang dikeluarkan setelah kematiannya.
“Saya ingin dunia mengetahui tentang pembunuhan Yasser Arafat,” kata janda Arafat Suha, kepada stasiun televisi Al-Jazeera. Ia tidak secara langsung menuduh siapa yang bertanggung-jawab, tapi menambahkan bahwa Israel dan Amerika sama-sama melihat Arafat sebagai penghalang dicapainya perdamaian di Timur Tengah.
Pemerintahan Presiden Palestina Mahmud Abbas setuju untuk membongkar makam Arafat yang dibangun dekat kantor PLO di kota Ramallah, di Tepi Barat.
Otorita Palestina, kata jurubicara Presiden Abbas, Nabil Abu Rudineh waktu itu, siap untuk memberikan kerjasama penuh guna memungkinkan penyelidikan tentang apa yang sebenarnya mengakibatkan kematian Arafat.
Arafat praktis berada dalam tahanan rumah di markas besar PLO di Ramallah selama tiga tahun, sampai ia akhirnya jatuh sakit dan tidak sadar pada bulan Oktober tahun 2004.
Israel membantah terlibat dalam kematian Arafat, dan mantan kepala dinas intelijen Israel, Avi Dichter mengatakan terserah pada Palestina untuk mengadakan otopsi itu.
Polonium ditemukan sebagai penyebab kematian bekas mata-mata Rusia Alexander Litvinenko di London tahun 2006. Polonium-210 dalam kadar cukup tinggi, bisa merusak jaringan-jaringan dan organ tubuh. Pemerintah Inggris tidak berhasil minta ekstradisi dari Rusia, orang yang diduga melakukan pembunuhan itu.