Para pejabat Pakistan mengatakan, pesawat-pesawat jet dan pasukan darat telah menewaskan 58 militan, beberapa hari setelah para pemberontak Taliban menyerang sebuah sekolah di kota Peshawar, Pakistan barat laut, menewaskan 149 orang, sebagian besar anak-anak.
Sementara Pakistan memasuki hari berkabung ketiga, tentara menyerbu dan menewaskan sedikitnya 50 militan di lembah Tirah di Khyber, dekat perbatasan dengan Afghanistan. Delapan militan lainnya tewas di propinsi Baluchistan, Pakistan barat daya, termasuk seorang komandan senior Taliban.
Pembantaian di sekolah yang dikelola oleh militer di kota Peshawar hari Selasa itu mengejutkan dunia, sehingga mendorong Perdana Menteri Nawaz Sharif mencabut moratorium hukuman mati.
Hari Kamis, panglima militer Pakistan menandatangani surat perintah hukuman mati bagi enam “teroris inti.”
Militer tidak merilis nama keenam narapidana tersebut dan media setempat melaporkan, nama-nama mereka hanya akan diumumkan setelah dilaksanakan eksekusi.
Surat perintah kematian tidak bisa dimintakan banding, dan para terhukum diperkirakan akan dihukum gantung dalam beberapa hari ini.
Para narapidana itu dikatakan terkait dengan serangan-serangan termasuk serbuan militan terhadap markas besar militer di Rawalpindi dan percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden Pervez Musharraf.
Organisasi-organisasi HAM, Amnesty International dan Human Rights Watch mengecam keputusan Perdana Menteri Nawaz Sharif itu, yang dikatakan “tidak menanggulangi akar permasalahan.”