Bekerja sebagai asisten salon kecantikan di ibukota Pakistan, Mehak Parvez berpendapatan $175 sebulan di sebuah salon tetapi dia ingin bisa melakukan lebih banyak untuk membantu keluarga dan melengkapi pendapatan ayahnya sebagai pengemudi rickshaw.
Tahun lalu Parvez berkunjung ke kota asalnya, Faisalabad untuk menghadiri pernikahan saudara perempuannya, yang menikah dengan laki-laki Tionghoa. Ini merupakan titik balik dalam kehidupan Parvez yang berusia 18 tahun itu, yang tidak menyelesaikan sekolah.
“Saya putuskan melakukan hal yang sama, saya pikir ini baik untuk masa depan saya dan dengan cara ini saya bisa membantu keluarga saya,” kata Parvez.
Di pesta pernikahan itu, dia berbicara dengan seorang Pakistan yang bekerja untuk salah satu tamu Tionghoa, dan dia menjamin akan menemukan seorang laki-laki Tionghoa untuk dikawinkan.
Pengalaman Parvez dengan proses penjodohan ini tidak seperti yang diharapkannya.
Minggu lalu Badan Penyelidikan Federal atau FIA Pakistan menyerang sebuah pesta perkawinan serupa di Faisalabad dan menangkap beberapa orang karena dituduh melakukan perdagangan manusia.
Sejak itu penguasa telah menangkap lebih dari sepuluh orang di kota-kota lain, termasuk warga China dan Pakistan. Mereka dituduh melakukan perdagangan manusia, serta mengatur perkawinan palsu antara perempuan Pakistan dan laki-laki Tionghoa, mereka juga melakukan pemalsuan dokumen.
Human Rights Watch telah memperingatkan adanya praktik penyelundupan perempuan dari Pakistan ke China, dan banyak perempuan ini berisiko dipaksa melakukan pelacuran. Kelompok ini mengatakan, pola serupa terjadi dimana perempuan diselundupkan ke China dari lima negara Asia lainnya. Keluarga perempuan itu dibayar ribuan dolar, tetapi perempuan ini akhirnya dijerumuskan ke dalam perbudakan seks selama bertahun-tahun.
Kedutaan China di Islamabad telah merilis pernyataan, katanya pihaknya telah mengirim sebuah gugus tugas ke Pakistan untuk bekerja sama dengan penegak hukum, dan Beijing mendukung upaya Pakistan untuk memastikan perkawinan lintas perbatasan mematuhi hukum. Tetapi, pernyataan Kedutaan itu mempertanyakan laporan bahwa perempuan Pakistan itu dipaksa masuk ke dalam dunia pelacuran atau dijadikan sumber transplan organ manusia di China. (jm)