Tautan-tautan Akses

Pakistan Tolak Kecaman Trump di Twitter


Menteri Luar Negeri Pakistan, Khawaja Muhammad Asif adjusts his necktie during a joint press conference at the Diaoyutai State Guesthouse in Beijing, Sept. 8, 2017.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Khawaja Muhammad Asif adjusts his necktie during a joint press conference at the Diaoyutai State Guesthouse in Beijing, Sept. 8, 2017.

Pakistan mengecam dan menyatakan “sangat kecewa” atas cuitan Presiden Amerika Donald Trump pada hari pertama tahun baru di Twitter dan menyatakan, negaranya tidak bisa dituntut pertanggungjawaban atas apa yang disebut “kesalahan bersama” di Afghanistan.

Juru bicara kedutaan Amerika di Islamabad mengatakan Duta Besar Amerika untuk Pakistan, David Hale dipanggil ke kementerian luar negeri Pakistan Senin malam untuk membahas cuitan Trump pada hari pertama tahun 2018.

Dalam cuitannya, Trump dengan marah mengatakan Amerika telah "dengan bodoh" memberi Pakistan lebih dari 33 miliar dolar bantuan dalam 15 tahun ini, dan tidak mendapat "apa pun selain kebohongan dan tipu daya, menganggap pemimpin kita sebagai orang bodoh.

"Mereka memberi perlindungan bagi teroris yang kita buru di Afghanistan, dengan sedikit bantuan. Tidak lagi!" cetus Trump pada akhir cuitannya di Twitter.

Amerika telah lama menuduh Pakistan, terutama institusi keamanannya, menutup mata atau diam-diam membantu Taliban Afghanistan dan jaringan teroris Haqqani melancarkan serangan lintas batas terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan pimpinan Amerika.

Pakistan membantah tuduhan pihaknya melindungi pemberontak Afghanistan, dan sebaliknya mengeluhkan militan anti-negara memanfaatkan negara tetangga untuk melancarkan serangan teroris terhadap Pakistan.

Menanggapi Trump, dengan cuitannya, Menteri Luar Negeri Pakistan Khawaja Asif hari Senin (1/1) mengatakan negaranya "akan memberitahu dunia apa perbedaan antara fakta dan fiksi."

Rafiq Dossani, analis pada kelompok peneliti Rand Corporation, mengatakan kepada VOA, Asif ingin dunia tahu bahwa Pakistan "berada di garis depan dalam pertempuran melawan teroris, dan telah membayar mahal untuk masalah yang telah lama ada tanpa persetujuan mereka, "mengacu pada invasi Uni Soviet ke Afghanistan tahun 1979.

Menurut Dossani, orang Pakistan "merasa pedih" karena kerugian mereka "jauh lebih banyak daripada negara lain," tetapi kegagalan mereka lebih diingat daripada pengorbanan mereka.

Komisi Keamanan Nasional Pakistan, yang terdiri atas pimpinan tinggi sipil dan militer negara itu, akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi pasca cuitan Trump.

Presiden Trump meluncurkan kebijakan baru Amerika untuk Asia Selatan pada Agustus lalu, di mana Pakistan disalahkan karena memberi "tempat yang aman bagi teroris.

Pemerintah Amerika waktu itu juga mengumumkan, Amerika membekukan bantuan militer 255 juta dolar sampai Pakistan mengenyahkan ekstremis.[ka/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG