Acara peragaan busana yang diberi judul "Amazing Borneo" itu memukau penonton yang lalu-lalang di kawasan Times Square, New York. Apalagi dimeriahkan dengan tampilnya tarian khas Kalimantan Tengah “Dadas Mas“.
Itulah salah satu upaya perancang busana Heng ki Kawilarang untuk mempromosikan Indonesia di Amerika. Hengki yang telah puluhan tahun berkecimpung dalam dunia mode, bekerjasama dengan "Flo Natalin" yang menampilkan batik benang bintik khas Kalimantan Tengah.
Bring Indonesia to the World
Impian Hengki yang pernah belajar mengenai seni menata (display) dan mendisain di London dan Singapura adalah menampilkan Indonesia ke dunia luar. Maka ia tidak tanggung-tanggung membawa rancangan busana batik dan gaun pengantin Sunda untuk dipamerkan di New York.
“Apa yang akan saya angkat, mungkin Sunda dulu, nanti mungkin Padang, mungkin Manado,... We bring Indonesia to the world. Jadi intinya saya ingin membawa nama Indonesia ke panggung internasional,” ujarnya.
Upaya Hengki menjangkau manca negara juga dilakukan dengan memperkenalkan kain bernuansa pelangi yang menjadi busana batik, karya anak-anak disabilitas Indonesia.
Ketika ditemui VOA dalam kunjungannya di Washigton, DC, Hengki menjelaskan, “Berkat sumbangsih anak-anak disabilitas membuat lukisan pelangi, yang saya cetak ke dalam digital, lalu saya buat bajunya dan saya bawa ke sini (ke AS). Jadi apa yang saya belanjakan, saya sumbangkan ke mereka juga. Semoga nanti bisa berkelanjutan dalam event yang lebih besar.”
Galang Dana bagi Warga Disabilitas
Dalam lawatannya ke AS kali ini, Hengki Kawilarang menjual busana rancangannya dan 15% hasilnya disumbangkan untuk anak-anak tunarungu dan tunawicara di Jakarta. Selain itu, Hengki juga memberi mereka ketrampilan dan pekerjaan seperti menjahit monte dan payet untuk busana rancangannya.
“Ketika saya memberi ilmu ketrampilan dan ternyata terbukti apa yang saya ajarkan itu berguna. Mereka bisa mendirikan usaha sendiri, memayet, menjahit,dan bisa membordir. Karya mereka saya bawa keliling dunia maupun keliling Indonesia dan saya pasarkan,” tukasnya.
Seusai memamerkan rancangannya di New York, Hengki melanjutkan lawatannya ke North Carolina untuk memberi penjelasan tentang batik di depan para dosen dan mahasiswa Center of South East Asian di University of North Carolina. Diplomasi budaya tidak hanya dengan bahasa dan tarian, namun juga melalui busana, seperti dijelaskan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington, DC, Prof. Popy Rufaidah.
“Jadi Hengki Kawilarang menyampaikan apa yang disebut: cultural diplomacy through fashion. Jadi yang ditampilkan itu adalah disain batik sebagai identitas Indonesia. Jadi melalui disain-disain yang ada yang berasal dari berbagai daerah, di mana ada keragamannya,” kata Popy.
Hengki yang sejak kecil mencintai mode karena ibunya penjahit mengatakan, ia menggabungkan antara seni merancang busana dengan bisnis. Rancangan busananya banyak dipakai oleh selebriti Indonesia, di antaranya Syahrini dan Krisdayanti.
Mengakhiri pertemuannya dengan masyarakat Indonesia di Washington, DC, Hengki mengharapkan adanya wadah yang bisa menampung produk-produknya, sehingga bagi warga Indonesia yang tinggal di AS bisa melihat dan menikmati hasil karyanya. [ps/em]