Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Panas Ekstrem: Pembunuh Diam-diam akibat Perubahan Iklim

Para buruh tidur di pinggir jalan pada pagi hari musim panas yang terik di Karachi, Pakistan (29/5). Gelombang udara panas sedang melanda India dan Pakistan.
Para buruh tidur di pinggir jalan pada pagi hari musim panas yang terik di Karachi, Pakistan (29/5). Gelombang udara panas sedang melanda India dan Pakistan.

Hampir 62.000 orang meninggal karena stres yang berhubungan dengan panas pada musim panas 2022 di Eropa saja, dan, menurut sebuah studi baru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, atau IPCC, "Dengan pemanasan global lebih jauh, kita bisa memperkirakan peningkatan intensitas, frekuensi, dan durasi gelombang panas."

Laporan yang diluncurkan menjelang Hari Aksi Panas pada hari Minggu, 2 Juni ini, mengkaji peran perubahan iklim dalam meningkatkan jumlah hari dengan suhu panas yang ekstrem di seluruh dunia selama 12 bulan terakhir.

"Apa yang sedang kita alami sekarang ini adalah pembunuh diam-diam namun makin sering terjadi, yaitu panas, terutama tahun lalu," ujar ahli iklim Friederike Otto, salah seorang pemimpin World Weather Attribution di Imperial College London dan salah seorang penulis laporan tersebut.

Berbicara dari London pada hari Selasa lalu, ia mengatakan kepada para jurnalis di Jenewa bahwa bulan Mei 2024 lebih panas daripada bulan Mei yang pernah dialami sebelumnya, begitu juga dengan bulan-bulan lainnya dalam 12 bulan terakhir.

"Setiap gelombang panas yang terjadi saat ini lebih panas dan berlangsung lebih lama daripada yang akan terjadi tanpa adanya perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Hal ini terjadi tanpa adanya pembakaran batu bara, minyak dan gas, dan kita juga melihat lebih banyak gelombang panas dibandingkan sebelumnya," ujarnya, seraya menambahkan bahwa saat ini suhu udara di India dan Pakistan mencapai sekitar 50 derajat Celcius (122 derajat Fahrenheit).

Seorang pria tertidur di atas rickshaw (sejenis becak) miliknya di pinggir sebuah jalan pada hari musim panas yang terik di New Delhi, India.
Seorang pria tertidur di atas rickshaw (sejenis becak) miliknya di pinggir sebuah jalan pada hari musim panas yang terik di New Delhi, India.

Organisasi Meteorologi Dunia mengonfirmasi bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, mencapai 1,45 derajat Celcius (2,6 derajat Fahrenheit) di atas rata-rata pra-industri, hampir mencapai Perjanjian Iklim Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Menurut laporan tersebut, rata-rata penduduk planet ini telah mengalami 26 hari yang sangat panas, "yang mungkin tidak akan terjadi tanpa adanya perubahan iklim." Atau dengan kata lain,

6,8 miliar orang -78 persen dari populasi dunia- telah mengalami setidaknya 31 hari dengan suhu panas yang ekstrem.

"Namun, tentu saja, kita bukan orang biasa. Kita tinggal di tempat tertentu, di negara tertentu," kata Otto.

"Misalnya tinggal di Ekuador, tidak 26 hari lebih melainkan 170 hari lebih. Artinya dalam 12 bulan terakhir orang-orang di ekuador mengalami 180 hari panas ektrik tanpa perubahan iklim hanya 10 hari, Jadi enam bulan panas ektrim dibandingkan 10 hari," tambahnya.

Dia mencatat bahwa panas ekstrem berbahaya dan bertanggung jawab atas ribuan kematian setiap tahun. Ia mengatakan, "Panas membahayakan orang-orang yang sangat rentan: orang tua, orang yang masih sangat muda, mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya" serta orang sehat yang terpapar suhu ekstrem, "seperti pekerja luar ruangan di bidang konstruksi atau pertanian dan orang-orang yang tinggal di kamp-kamp pengungsi."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mempublikasikan kumpulan makalah baru yang akan diterbitkan minggu ini di Journal of Global Health, mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan "risiko kesehatan terkait iklim sangat diremehkan" untuk orang yang lebih muda dan lebih tua dan selama kehamilan, "dengan implikasi yang serius dan sering kali mengancam nyawa."

Mengambil contoh panas yang ekstrem, WHO mengatakan bahwa para penulis mencatat bahwa kelahiran prematur - penyebab utama kematian anak - "meningkat selama gelombang panas, sementara orang yang lebih tua lebih mungkin menderita serangan jantung atau gangguan pernapasan."

Hari Aksi Panas, yang diselenggarakan oleh Pusat Iklim Bulan Sabit Merah Palang Merah, bertujuan untuk menarik perhatian pada ancaman panas ekstrem dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Dalam sebuah pernyataan untuk menandai Hari Aksi Panas, Jagan Chapagain, sekretaris jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan, "Banjir dan angin topan mungkin menjadi berita utama, tetapi dampak dari panas ekstrem juga sama mematikannya.

"Itulah mengapa Hari Aksi Panas sangat penting," katanya."Kita perlu memusatkan perhatian pada perubahan iklim yang menjadi pembunuh diam-diam. IFRC menjadikan panas dan aksi perkotaan untuk mengurangi dampaknya sebagai prioritas."

Ahli iklim Otto mengatakan bahwa pembakaran bahan bakar fosil harus dihentikan untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk.

"Panas membunuh. Tetapi tidak harus membunuh. Ada banyak solusi, beberapa di antaranya berbiaya rendah atau tanpa biaya, mulai dari tindakan individu hingga intervensi skala populasi yang mengurangi efek pulau panas perkotaan.

"Pada tingkat individu, orang dapat mendinginkan tubuh mereka dengan menyiramnya sendiri dengan air, menggunakan alat pendingin atau memodifikasi lingkungan mereka untuk meningkatkan keteduhan" di sekitar rumah mereka.

Namun, ia mengamati bahwa tindakan individu saja tidak cukup. Ia mengatakan bahwa tindakan harus dilakukan di tingkat komunitas, kota, regional dan negara.

"Kota-kota dapat mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi panas yang menguraikan bagaimana mereka akan mempersiapkan diri menghadapi musim panas, menanggapi gelombang panas yang akan datang, dan merencanakan masa depan. Dan dalam skala besar, kebijakan dapat diperkenalkan untuk memasukkan kebutuhan pendinginan ke dalam program perlindungan sosial, menambah biaya energi untuk yang paling rentan dan kode bangunan dapat diperbarui untuk mendorong perumahan yang lebih baik," kata Friederike Otto. [my/jm]

See all News Updates of the Day

Badai Beryl Hantam Kepulauan Cayman dan Bergerak ke Meksiko

Warga setempat memeriksa saluran air yang rusak di Shooters Hill, Jamaika, setelah Badai Beryl melanda kawasan itu, Kamis 4 Juli 2024.
Warga setempat memeriksa saluran air yang rusak di Shooters Hill, Jamaika, setelah Badai Beryl melanda kawasan itu, Kamis 4 Juli 2024.

Badai Beryl menghantam Kepulauan Cayman pada Kamis pagi, membawa hujan deras dan angin kuat. Badai ini bergerak menjauh dari Jamaika menuju ke Semenanjung Yucatan di Meksiko.

Badai ini telah menewaskan sekurangnya 10 orang sejauh ini, tetapi para pejabat mengatakan bahwa jumlah korban tewas mungkin bertambah, ketika komunikasi berhasil dipulihkan di kepulauan yang dilanda banjir dan angin kencang itu.

Seiring pusat badai menyapu pantai Jamaika, angin ribut itu membuat listrik padam dan menerbangkan atap di sejumlah rumah. Badai juga menumbangkan pohon-pohon dan tiang listrik, dan membuat setidaknya satu orang tewas.

Badai Beryl, Cuaca Ekstrem, dan Perubahan Iklim
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:51 0:00

Beryl bergerak menjauhi Jamaika pada Kamis pagi. Dalam laporan terakhir, badai kategori 3 itu berada 150 kilometer barat-barat daya Grand Cayman dan sekitar 530 kilometer sebelah timur-tenggara Tulum, Meksiko, menurut Pusat Badai Nasional Amerika Serikat.

Pusat Badai mengatakan, Beryl berada dalam jalur untuk mendarat ke Semenajung Yucatan, Meksiko pada Jumat pagi.

Prakirawan cuaca mengatakan, bahwa mereka memperkirakan badai mungkin akan melemah sebelum mencapai pantai Meksiko, namun tetap memiliki kekuatan yang sama.

Peringatan badai disampaikan dari Puerto Costa Maya hingga Cancun menjelang kedatangannya.

Pusat Badai Nasional mengatakan, Beryl memiliki kekuatan maksimum angina 185 kilometer perjam pada Kamis pagi. [ns/jm]

Kurang Perhitungkan Jumlah Kematian Akibat Cuaca Panas, Tanggapan India Tak Tepat

FILE - Seorang pria minum air di sebuah warung pinggir jalan yang menyajikan air minum gratis kepada para penumpang, ketika gelombang panas terus melanda ibu kota India, New Delhi, 22 Mei 2024. (AP/Manish Swarup)
FILE - Seorang pria minum air di sebuah warung pinggir jalan yang menyajikan air minum gratis kepada para penumpang, ketika gelombang panas terus melanda ibu kota India, New Delhi, 22 Mei 2024. (AP/Manish Swarup)

Ratusan orang meninggal atau jatuh sakit akibat suhu sangat panas yang mencapai lebih dari 50 derajat Celcius di sejumlah wilayah India selama berbulan-bulan pada tahun 2024 ini saja. Hal ini menjadi gelombang panas terburu dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Tetapi sejumlah pakar kesehatan masyarakat menilai angka kematian resmi yang tercantum dalam laporan pemerintah India bukan angka sebenarnya, dan hal ini mempengaruhi persiapan menghadapi gelombang panas serupa di masa depan. Misalnya saja di bagian utara India di mana dikatakan ada 110 kasus kematian terkait suhu panas, padahal diperkirakan jumlahnya jauh lebih besar.

Menurut para pakar, hal ini dikarenakan “suhu panas” seringkali tidak ada di bagian “penyebab kematian” pada sertifikat kematian yang dikeluarkan rumah sakit. Walhasil kasus kematian akibat suhu panas tidak dihitung sebagai angka resmi.

FILE - Rumah sakit distrik di Ballia, negara bagian Uttar Pradesh, India, dipadati pasien yang menderita akibat udara panas, 20 Juni 2023. (AP/Rajesh Kumar Singh)
FILE - Rumah sakit distrik di Ballia, negara bagian Uttar Pradesh, India, dipadati pasien yang menderita akibat udara panas, 20 Juni 2023. (AP/Rajesh Kumar Singh)

Para pakar itu khawatir hal ini akan membuat gelombang panas tidak dinilai sebagai prioritas sebagaimana mestinya, dan pemerintah atau pemangku kepentingan berwenang tidak mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadapinya di masa depan.

Semua tahun terpanas yang tercatat di India terjadi dalam satu dekade terakhir. Studi yang dilakukan oleh para pakar kesehatan masyarakat menemukan sedikitnya 1.116 orang telah meninggal setiap tahunnya antara tahun 2008 dan 2019 akibat suhu panas.

Sulitnya Mendaftarkan Kematian Akibat Suhu Panas

Sebagai bagian dari pekerjaannya di bidang kesehatan masyarakat, Srinath Reddy, pendiri Yayasan Kesehatan Masyarakat India, telah memberikan saran kepada pemerintah setempat tentang cara-cara memperhitungkan faktor suhu panas saat mencatat penyebab kematian.

FILE - Seorang pekerja membagikan botol air kepada tamu yang duduk di dekat pendingin untuk menangkal panas pada upacara pelantikan Narendra Modi sebagai perdana menteri India di istana kepresidenan India di New Delhi, India, 9 Juni 2024. (AP/Manish Swarup)
FILE - Seorang pekerja membagikan botol air kepada tamu yang duduk di dekat pendingin untuk menangkal panas pada upacara pelantikan Narendra Modi sebagai perdana menteri India di istana kepresidenan India di New Delhi, India, 9 Juni 2024. (AP/Manish Swarup)

Reddy mendapati sebagai akibat dari “pelaporan yang tidak lengkap, pelaporan yang tertunda, dan kesalahan klasifikasi kematian,” maka kematian yang berhubungan dengan suhu panas kurang dihitung di seluruh negeri. Pedoman nasional untuk mencatat kematian, terutama di rumah sakit-rumah sakit umum yang penuh sesak, seringkali tidak mendaftarkan suhu panas sebagai penyebab kematian. “Kebanyakan dokter hanya mencatat penyebab langsung dari kematian dan keterkaitan dengan pemicu lingkungan, dan suhu panas, tidak ikut dicatat,” kata Reddy.

Padahal, tambahnya, kematian akibat suhu panas dapat diklasifikasikan sebagai kematian yang disebabkan oleh eksertif atau non-eksertif. Eksertif adalah ketika seseorang meninggal karena terpapar langsung dengan suhu tinggi. Sementara non-eksertif adalah ketika anak kecil, orang tua, atau orang dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, menjadi sakit parah atau terkadang meninggal karena panas, bahkan jika di dalam ruangan.

“Gelombang panas adalah pukulan terakhir bagi orang dalam kategori kedua,” kata Dileep Mavalankar, mantan kepala Institut Kesehatan Masyarakat India di Gandhinagar. “Kebanyakan orang yang meninggal selama gelombang panas termasuk dalam kategori ini, tetapi kematian mereka tidak dicatat sebagai hal yang berhubungan dengan panas.”

Mavalankar setuju bahwa jumlah resmi kematian akibat suhu panas tahun ini terlalu rendah. Dia menyebutkan ada 40.000 kasus heat stroke yang tercatat, tetapi hanya ada 110 kematian. “Ini hanya 0,3 persen dari jumlah total kasus heat stroke yang tercatat, tetapi biasanya kematian akibat hal tersebut mencapai 20 hingga 30 persen dari kasus heat stroke,” katanya.

“Kita harus menghitung kematian dengan lebih baik,” kata Mavalankar. “Itulah satu-satunya cara agar kita bisa mengetahui seberapa parah konsekuensi dari suhu panas yang ekstrem.” [th/em]

Wilayah Aglomerasi Jakarta Perlu Perkuat Kerja Sama Atasi Kemacetan dan Polusi

Tahun lalu Jakarta menduduki peringkat ke-30 dalam indeks Lalu Lintas Tom Tom, di mana peringkat 1 dianggap yang terburuk di antara 387 kota di 55 negara. (Dave Grunebaum/VOA)
Tahun lalu Jakarta menduduki peringkat ke-30 dalam indeks Lalu Lintas Tom Tom, di mana peringkat 1 dianggap yang terburuk di antara 387 kota di 55 negara. (Dave Grunebaum/VOA)

Setiap hari kerja, Andika Hidayatullah mengendarai sepeda motornya menerjang kemacetan jalanan ibu kota Jakarta dari rumahnya di Depok. Dia mengatakan bahwa jalanan yang macet membuat perjalanan yang seharusnya hanya 40 menit menjadi dua kali lebih lama. “Mobil seharusnya digunakan oleh empat orang,” kata Andika (26). “Tapi kebanyakan pekerja di sini mengendarai mobil sendiri ke tempat kerja dan itu membuat kemacetan yang luar biasa.”

Sebuah laporan organisasi kesehatan masyarakat global “Vital Strategies” yang didasarkan dari penelitian Institut Tekonologi Bandung menyebutkan bahwa emisi kendaraan merupakan sumber polusi udara terbesar di Jakarta, satu dari berbagai masalah kemacetan kota yang mendorong seruan untuk koordinasi yang lebih baik antara kota dan masyarakat di sekitarnya.

Tahun lalu, ada hari di mana sebuah perusahaan asal Swiss “IQAir” menempatkan kualitas udara Jakarta sebagai yang paling tercemar di antara kota-kota besar lainnya di dunia.

Jalur Mass Rapid Transit (MRT) membelah kota Jakarta, 10 Februari 2022. (BAY ISMOYO / AFP)
Jalur Mass Rapid Transit (MRT) membelah kota Jakarta, 10 Februari 2022. (BAY ISMOYO / AFP)

Willy Sastrawijayadi (37 tahun), mengatakan udara yang tercemar membuat dia merasa sakit selama beberapa hari. “Hal ini mempengaruhi sistem pernapasan, entah itu batuk atau merasa seperti terserang flu.”

Kemacetan Jakarta Salah Satu Yang Terburuk di Dunia

Jakarta memiliki sekitar 10 juta penduduk, namun wilayah Jabodetabek memiliki lebih dari 30 juta penduduk. Dalam hal kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk di dunia, spesialis navigasi Tom Tom menempatkan Jakarta di peringkat ke-30 tahun lalu. Peringkat pertama dianggap sebagai yang terburuk di antara 387 kota di 55 negara. Jakarta memiliki kereta komuter dan bus, tetapi kebiasaan lama terbukti sulit untuk dihilangkan.

“Transportasi umum saat ini jauh lebih baik daripada 10 atau 20 tahun lalu,” kata Ahmad Gamal, profesor bidang perencanaan kota Universitas Indonesia. “Tetapi orang-orang belum meninggalkan sepeda motor dan mobil mereka.”

FILE - Jalanan macet di Jakarta, 19 Mei 2020. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
FILE - Jalanan macet di Jakarta, 19 Mei 2020. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Ditambahkannya, salah satu alasan yang mendasari masalah kualitas hidup ini adalah karena Jakarta dan masyarakat di sekitarnya belum bekerja sama untuk berkoordinasi di tingkat regional.

“Jakarta punya semua jenis perkantoran, semua industri, tetapi sebagian besar proyek perumahan, mereka mungkin perlu pergi sedikit lebih jauh karena harga tanah di Jakarta jauh lebih mahal,” kata Gamal. “Jadi, tentu saja, daerah-daerah yang berdekatan dengan Jakarta memiliki kepentingan yang lebih besar untuk mendorong pembangunan (yang berlebihan).”

Gamal menambahkan pembangunan yang berlebihan di daerah hulu menyebabkan aliran sungai meluap ke hilir di Jakarta dan membanjiri lingkungan perkotaan. “Begitu banyak lahan di hulu sungai yang dibangun secara berlebihan dan tidak mampu menyerap banyak air.”

Kawasan banjir di sekitar Sungai Ciliwung, Jakarta 2 Januari 2020. (Antara Foto/Nova Wahyudi/ via REUTERS )
Kawasan banjir di sekitar Sungai Ciliwung, Jakarta 2 Januari 2020. (Antara Foto/Nova Wahyudi/ via REUTERS )

Setelah hujan deras, Zainudin dan tetangganya di DAS Ciliwung harus membersihkan lumpur setebal 30 cm di dalam rumah mereka. “Kami sudah terbiasa dengan hal ini,” ujar Zainudin, 58, yang mengaku telah tinggal di tepi sungai Ciliwung sepanjang hidupnya.

Sementara di pesisir Jakarta Utara, pemerintah membangun tanggul laut. Tepat di sisi lain tanggul laut tersebut terdapat Masjid Wal Adhuna yang sudah tidak digunakan lagi karena selalu tergenang. Sebagian kecil wilayah Jakarta Utara telah tersapu oleh meningkatknya permukaan air laut akibat perubahan iklim, dan kini berpacu dengan waktu untuk mencegah lebih banyak lagi wilayah Jakarta yang hilang. Sekitar 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut.

“Bagian utara Jakarta menghadapi tantangan terbesar karena air laut naik, sementara daratannya tenggelam,” kata Gamal.

Anak-anak beristirahat setelah bermain sepak bola di DAS Ciliwung, Jakarta, 12 April 2018. (REUTERS/Beawiharta)
Anak-anak beristirahat setelah bermain sepak bola di DAS Ciliwung, Jakarta, 12 April 2018. (REUTERS/Beawiharta)

Gamal merujuk pada fakta bahwa banyak warga Jakarta mendapatkan air dari berbagai sumur ilegal yang menyedot air tanah, menjadi alasan utama mengapa kota ini sekarang tenggelam. Pemerintah sedang membangun jaringan pipa untuk mengalirkan air bersih ke seluruh kota, namun Gamal mengatakan bahwa proyek tersebut membutuhkan waktu 30 tahun untuk menyelesaikannya.

Dewan Aglomerasi

Pemerintah pusat sedang menyusun rencana untuk membentuk dewan Aglomerasi untuk Jakarta Raya untuk mengkoordinasikan semua pemerintah daerah dan lokal. Namun, Gamal mengatakan bahwa masih belum jelas apakah dewan ini akan memiliki wewenang yang diperlukan untuk bisa berhasil.

“Ini akan berhasil jika ada otoritas yang berada di atas pemerintah daerah, yang mendengarkan kebutuhan mereka dan mampu membuat rencana yang mengikat mereka."

Sementara itu, orang-orang seperti Andika Hidayatullah mengatakan bahwa mereka hanya berharap pemerintah memikirkan dirinya. "Saya sudah muak dengan kemacetan dan udara yang buruk," katanya. [th/em]

Presiden AS Umumkan Langkah untuk Melindungi Warga dari Cuaca Ekstrem

Puing-puing berserakan dan rumah-rumah dengan atap yang hilang akibat hantaman Badai Beryl di pulau Petite Martinique, Grenada 2 Juli 2024. (REUTERS/Arthur Daniel)
Puing-puing berserakan dan rumah-rumah dengan atap yang hilang akibat hantaman Badai Beryl di pulau Petite Martinique, Grenada 2 Juli 2024. (REUTERS/Arthur Daniel)

Saat negara-negara di Karibia bersiap menghadapi badai kategori lima yang pertama tahun ini, dan negara-negara seperti India dan China mengalami curah hujan yang belum pernah ada dalam sejarah, juga banjir dan tanah longsor; para ilmuwan memperingatkan cuaca ekstrem akan terus berlanjut karena perubahan iklim.

Setelah melintasi bagian tenggara Karibia, badai Beryl kini bergerak menuju ke Jamaika, di mana nelayan-nelayan seperti Clive Davis berupaya mengamankan kapal-kapal mereka. “Badai Beryl dengan begitu cepat bertambah kuat, dari depresi tropis menjadi salah satu badai terkuat dalam sejarah,” jelasnya.

Sejumlah ilmuwan mengatakan musim badai tahun ini sudah menorehkan sejarah tersendiri. Pakar ilmu atmosfer di Texas A&M University, Prof. Andrew Dessler mengatakan, "Yang tidak biasa adalah tahun ini badai terbentuk lebih awal dibanding yang kami perkirakan. Kita biasanya mengalami badai seperti ini pada bulan Agustus dan September, tetapi kita mengalami badai ini pada bulan Juni dan awal Juli."

Di Washington DC, yang telah mengalami suhu terpanas dalam hampir satu dekade terakhir, para pejabat urusan darurat pada hari Selasa (2/7) menjelaskan soal cuaca ekstrem ini kepada Presiden Joe Biden dan anggota kabinetnya.

Selepas pertemuan itu Biden mengatakan, “Sudah puluhan juta warga Amerika yang mendpat peringatan suhu panas akibat suhu yang memecahkan rekor. Suhu di Washington DC bulan lalu adalah 100 Fahrenheit atau 37 derajat Celsius. Sementara di Phoenix, Arizona, suhu mencapai 112 Fahrenheit atau 44 derajat Celsius. Sementara di Phoenix, Arizona, mencapai 112 Fahrenheit atau 44 derajat Celsius; dan di Las Vegas, Nevada, suhu mencapai 111 Fahrenheit atau 43 derajat Celsius.”

Presiden Joe Biden saat meninjau Pusat Operasi Darurat di Washington D.C., Selasa, 2 Juli 2024. (AP/Evan Vucci)
Presiden Joe Biden saat meninjau Pusat Operasi Darurat di Washington D.C., Selasa, 2 Juli 2024. (AP/Evan Vucci)

Biden mencatat bahwa suhu panas yang ekstrem adalah pembunuh nomor satu terkait cuaca di Amerika, dan pada hari Rabu (3/7) ia mengumumkan langkah-langkah untuk membantu melindungi warga, termasuk standar keselamatan baru di tempat kerja. Ia juga mengalokasikan US$1 miliar (setara 16,3 triliun rupiah) untuk mendanai proyek-proyek guna melindungi masyarakat dari bahaya alam seperti badai dan banjir.

Ada beberapa situasi yang sudah terjadi di seluruh dunia – seperti di New Delhi, India yang kini menghadapi curah hujan yang tinggi setelah didera rekor suhu tertinggi, yaitu hampir 53 derajat Celcius pada akhir Mei lalu.

Pakar iklim Andrew Dessler dari Texas A&M University mengatakan, “Suhu udara menjadi semakin panas. Ini bukan sekedar kebingungan karena situasi yang tidak biasa. Ini adalah fisika. Kita membuang gas rumah kaca ke atmosfer. Gas-gas itu memerangkap panas dan hasilnya adalah kondisi bumi yang lebih panas."

Para ilmuwan mengatakan suhu yang tinggi, kenaikan permukaan air laut dan perubahan pola curah hujan kemungkinan besar akan menyebabkan lebih banyak badai seperti Badai Beryl yang kini sedang menyapu Jamaika dan Kepulauan Cayman. [em/ft]

Badai Beryl Rambah Jamaika 

Ombak besar terlihat di pesisir Kingston, Jamaica, saat Badai Beryl mendekat ke arah kota tersebut pada 3 Juli 2024. (Foto: Reuters/Marco Bello)
Ombak besar terlihat di pesisir Kingston, Jamaica, saat Badai Beryl mendekat ke arah kota tersebut pada 3 Juli 2024. (Foto: Reuters/Marco Bello)

Badai Beryl bergolak dan mengancam wilayah Jamaika pada Rabu (3/7) sore, setelah menumbangkan pepohonan, merobohkan atap, dan menghancurkan lahan pertanian. Badai tersebut membentuk jalur yang merusak dan disertai hujan besar, melintasi pulau-pulau kecil di Karibia selama beberapa hari terakhir.

Gambar-gambar dari ibu kota Kingston dan kota Half Way Tree, menunjukkan hujan lebat dan angin kencang mengguncang pepohonan dan kabel-kabel yang membentang.

Jumlah korban tewas akibat badai kategori 4 yang dahsyat itu bertambah menjadi sedikitnya sembilan orang, namun diperkirakan akan bertambah seiring pulihnya komunikasi di pulau-pulau yang dilanda hujan, dan rusak akibat banjir dan angin mematikan.

Badai Beryl, Cuaca Ekstrem, dan Perubahan Iklim
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:51 0:00

Warga Jamaika bersiap menghadapi pemadaman listrik pada Rabu malam, menurut seorang pejabat perusahaan listrik. Jalan-jalan di dekat pantai sudah tenggelam akibat hujan yang terus turun dan angin kencang di ibu kota.

Pada Rabu siang, pusat badai spiral yang terlihat jelas terletak sekitar 72 km tenggara Kingston, menurut Pusat Badai Nasional AS (NHC), meskipun lingkar luarnya telah menerjang sebagian besar negara dengan populasi hampir 3 juta itu.

Beryl disertai angin berkecepatan maksimum 225 kilometer per jam. Kekuatan angin diperkirakan melemah dalam satu atau dua hari ke depan, menurut NHC, meskipun mereka memperingatkan bahwa Beryl akan sekuat atau mendekati kekuatan badai besar, sewaktu bergerak menuju Kepulauan Cayman. [ns/ka]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG