Bagaimana warga dan diaspora Indonesia melihat hubungan kedua negara dan apa yang dianggap terpenting dalam konteks masa kini?
“Keberagaman, Demokrasi dan Kemakmuran,” menjadi tema utama perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika. Kemitraan kedua negara dalam bidang keamanan, ekonomi, pendidikan, iklim hingga hubungan antar warga menjadi sasaran utama dalam Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia-AS ini.
Samy Shihab, yang sebelumnya mengenyam pendidikan SMU hingga S2 di Amerika dan kembali ke Indonesia untuk melanjutkan karir di bidang marketing mengatakan kemitraan Indonesia dalam pendidikan telah menciptakan kesempatan yang sangat baik bagi sumber daya untuk pembangunan di Indonesia.
“Saya kira menunjukkan, bagaimana orang mempercayai sistem Pendidikan di Amerika, untuk meningkatkan, mereka pergi ke Amerika. Saya kira hingga saat ini masih relevan. Secara geopolitik kita netral, baik juga dengan China. Kalau dengan AS tampaknya hubungan selalu baik. AS banyak mempekerjakan orang dari Indonesia, yang pergi ke AS untuk bekerja, dan berwisata juga tidak ada masalah. Saya kira mereka juga memahami Indonesia adalah negara demokrasi besar.”
Juliani Sidarta, diaspora Indonesia tinggal di kota Richmond, negara bagian Virginia, dan sudah bermukim di AS lebih dari empat dekade, mengamati hubungan diplomatik kedua negara terkait dalam status kewarganegaraan.
"Di AS kan banyak orang yang pegang dua paspor sedangkan untuk Indonesia belum bisa, karena Indonesianya yang tidak memberi pilihan itu. Sedangkan saya rasa banyak sekali keuntungan untuk Indonesia kalau bekas pemegang paspor Indonesia bisa kembali dengan mudah, supaya kita bisa berinvestasi di Indonesia, bisa menjenguk keluarga lebih lama tanpa harus memperpanjang visa dan lain sebagainya," tukasnya.
Sementara Amira Dayanara, pengelola sosial media “Overheard Jakarta” yang berbagi isu-isu terkini anak-anak muda Indonesia, mengamati sasaran kemakmuran, pendidikan dan alih teknologi dalam hubungan Indonesia-AS.
“Ketika saya pertama kali kembali ke tanah air pada tahun 2015, tidak banyak ada perusahaan-perusahaan perintis namun kemudian berkembang dan sebagian besar pendirinya adalah lulusan AS. Warga Indonesia yang kembali mereka ingin kembali dan memajukan Indonesia."
Kemakmuran dan demokrasi, menurut Samy Shibab, juga merupakan isu terpenting bagi rakyat Indonesia saat ini, dan Indonesia dapat belajar banyak dari AS.
"Di seluruh negeri (AS) pemerintah setempat melakukan pekerjaan dengan baik di wilayah perkotaan, mungkin perjalanannya panjang tapi itu contoh yang baik apalagi sekarang Indonesia konteksnya selama 10 tahun terakhir tidak berpusat pada Pulau Jawa saja tapi menjajagi pertumbuhan di luar pulau utama dan juga sekarang pindah ibu kota jadi bagaimana kita mempertahankan banyak titik di Indonesia yang berkembang juga," harapnya.
Banyak kegiatan dan kemitraan yang dilakukan oleh kedua pemerintah dalam memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan AS, salah satunya adalah program pertukaran pelajar Departemen Luar Negeri AS yang mensponsori 10 orang pemuda Indonesia untuk meneliti pemerintah AS, masyarakat dan budayanya dengan kunjungan-kunjungan baik ke daerah perkotaan maupun pedesaan serta bertemu dengan organisasi-organisasi keagamaan dan pemuda Amerika. Pemerintah Indonesia, lewat KBRI di Washington DC dan lima kantor konsulat lain, juga akan melangsungkan beragam kegiatan seni budaya untuk merayakan pencapaian ini. [my/em]
Forum