Tautan-tautan Akses

Pandemi Corona Ikut Pukul Industri Media


Seorang penjual koran dengan berbagai koran di Jakarta, 10 November 2016 sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters)
Seorang penjual koran dengan berbagai koran di Jakarta, 10 November 2016 sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters)

Pandemi virus corona tidak saja memaksa industri media di Indonesia untuk beradaptasi dengan pola liputan jurnalistik baru, tetapi tak jarang memukul industri ini karena anjloknya pendapatan lewat iklan.

Melindungi wartawan dari kemungkinan terjangkitnya virus corona menjadi prioritas sebagian besar media di Indonesia, termasuk televisi. Perlindungan tersebut dilakukan melalui penerapan protokol kesehatan dan panduan peliputan yang aman. Hal ini menjadi benang merah dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).

Toto Suryanto, Wakil Pemimpin Redaksi TV One mengatakan langkah-langkah pencegahan telah dilakukan pihaknya sejak mulai merebaknya virus mematikan ini. Langkah pencegahan tersebut antara lain dengan mewajibkan penyemprotan disinfektan terhadap kendaraan operasional dan peralatan liputan secara berkala; serta mengoperasikan staf lewat pembagian shift kerja yang ketat.

Toto Suryanto dari TV One saat berbicara dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Toto Suryanto dari TV One saat berbicara dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA/Yoanes Litha)

“Prinsip dalam operasional lapangan, redaksi adalah kita meliput tanpa menjadi objek liputan, artinya apa? Kita harus sehat, kita harus mampu menjaga diri, memperbaiki fisik kita, daya tahan kita sehingga ketika kita meliput dengan prosedur yang kita ikuti maka kita akan selamat” kata Toto Sudaryanto dalam diskusi virtual itu.

Selain penyiapan alat perlindungan diri yang memadai, menurutnya perlu ada protokol untuk menjaga gizi dan imunitas wartawan saat bertugas melakukan peliputan di lapangan.

Titin Rosmasari, Pemimpin Redaksi CNN Indonesia TV dan Trans 7 mengatakan ancaman virus corona membuat media harus beradaptasi, termasuk penggunaan teknologi informasi untuk mendapatkan materi berita maupun koordinasi di lingkungan tempat kerja.

Aktivitas wartawan meliput kegiatan simulasi penanganan pasien diduga terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Anutapura Palu, Sulawesi Tengah, 4 Maret 2020. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Aktivitas wartawan meliput kegiatan simulasi penanganan pasien diduga terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Anutapura Palu, Sulawesi Tengah, 4 Maret 2020. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

“Jurnalis reporting dari ruang kerjanya dari kamarnya dan dari depan rumahnya, virtual press conference online, bahkan kita sudah mulai melakukan virtual product launching kerjasama dan mulai ada beberapa client mau bekerjasama dengan kita,” jelas Titin Rosmasari.

Ditambahkannya, hingga Juli 2020 pihaknya belum akan mengirim wartawan untuk melakukan peliputan sejumlah mata acara di luar ruangan atau di alam terbuka, termasuk membatasi mengundang narasumber ke studio untuk wawancara.

“Kita tidak mau menjadikan jurnalis kita sebagai objek berita atau masuk dalam statistik karena ada penambahan COVID karena ada dari kru kita,” tegas Titin.

COVID-19 Turunkan Pendapatan Industri Media

Meluasnya virus corona juga telah menurunkan pendapatan media massa cetak, online, radio dan televisi. Agus Sudibyo dari Dewan Pers mengutip hasil pendataan Serikat Perusahaan Pers (SPS) terhadap 434 media cetak sepanjang Januari-April 2020, 71 persen perusahaan cetak mengalami penurunan omzet dari 40% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Sementara 50% perusahaan pers cetak telah memotong gaji karyawan dengan besaran 2-30 persen.

“Empat puluh tiga persen media cetak telah mengkaji opsi untuk merumahkan karyawan tanpa digaji, bagaikan PHK. Tiga puluh persen perusahaan pers sudah atau berencana mem-PHK karyawan,” ujarnya lirih.

Berdasarkan pendataan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) terhadap 600 perusahaan radio di Indonesia, diketahui bahwa radio kehilangan pendapatan lewat iklan hingga 70 persen karena banyak klien radio yang tutup sementara. Radio juga tidak bisa berharap dari pendapatan kegiatan off air karena kegiatan mengumpulkan massa juga dilarang agar tidak semakin memperluas perebakan virus yang belum ada obatnya ini.

Agus Sudibyo dari Dewan Pers memaparkan dampak pandemi virus corona terhadap industri media cetak dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Agus Sudibyo dari Dewan Pers memaparkan dampak pandemi virus corona terhadap industri media cetak dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA/Yoanes Litha)

Pemotongan Gaji, Kurangi Jam Siar dan Tunda Liputan

Walhasil 30 persen perusahaan media sudah melakukan pemotongan gaji, 60 persen mengurangi jam siaran, hampir semua mengurangi daya pancar serta menunda pengeluaran.

“Kemudian di industri radio juga begitu, revenue untuk off air hilang total karena izin kegiatan mengumpulkan massa dilarang. Revenue iklan berkurang 70 persen, biaya pemasangan iklan yang sudah jatuh tempo belum ditagih juga besar karena klien-nya tutup juga,” jelas Agus Sudibyo.

Mengutip data dari AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) diketahui bahwa media online juga mengalami penurunan pendapatan antara 25%-80%. Dua puluh persen media online sudah melakukan pemotongan gaji dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), sedangkan 15 persen menunda pembayaran gaji dengan durasi penundaan yang bervariatif.

Titin Rosmasari dari CNN Indonesia memaparkan bagaimana media beradaptasi menghadapi penyebaran virus corona dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA)
Titin Rosmasari dari CNN Indonesia memaparkan bagaimana media beradaptasi menghadapi penyebaran virus corona dalam diskusi virtual “Merumuskan Pola Baru Jurnalisme TV di Era New Normal (28/5) oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). (Foto: VOA)

“Daya tahan cash flow diperkirakan tiga sampai empat bulan, jadi kalau dalam tiga empat bulan ini tidak ada perubahan situasi yah banyak media online yang akan gulung tikar,”ungkapnya.

Dia mengakui belum memiliki data laporan dampak ekonomi akibat pandemi virus corona terhadap media massa televisi di Indonesia.

Meskipun berada dalam situasi sulit, namun media massa di Indonesia memberikan konstribusi besar dalam melawan pandemi COVID-19 melalui penayangan iklan layanan masyarakat mengenai sosial distancing, jangan mudik, dan cuci tangan. Juga menginformasikan perkembangan situasi, perebakan hingga upaya menemukan vaksin dan stimulus ekonomi bagi warga yang terpapar. Peran besar media ini dinilai tak bisa dianggap sebelah mata. [yl/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG