Pangeran William dari Inggris menyatakan “kesedihannya yang mendalam” atas jahatnya perbudakan pada waktu ia mengunjungi Jamaika hari Rabu (23/3).
Pernyataan tersebut tampaknya mengacu pada Inggris yang memperbudak orang Afrika di Jamaika selama 300 tahun lebih berkuasa di pulau itu. William mengemukakannya pada jamuan makan malam yang diselenggarakan Gubernur Jenderal Jamaika Sir Patrick Allen dan istrinya, Patricia.
“Saya sangat sependapat dengan ayah saya, Pangeran Wales (Charles), yang mengatakan di Barbados tahun lalu bahwa kekejaman perbudakan yang mengerikan selamanya mencemari sejarah kami. Saya ingin menyatakan kesedihan mendalam saya. Perbudakan itu menjijikkan, dan seharusnya tidak pernah terjadi. Sementara kepedihan begitu dalam, Jamaika terus menempa masa depannya dengan tekad, keberanian dan ketabahan,” kata William.
Jamaika meraih kemerdekaannya pada Agustus 1962 tetapi masih tetap berada di dalam Persemakmuran Inggris.
Sebelumnya pada hari Rabu (23/4), PM Jamaika Andrew Holness mengatakan kepada Pangeran William dan istrinya Kate bahwa negaranya berniat untuk merdeka sepenuhnya.
Pernyataan tak terduga itu muncul sehari setelah para demonstran berkumpul di luar Komisi Tinggi Inggris di Kingston, Jamaika, hari Selasa, menentang gagasan bahwa Jamaika harus terus mempertahankan hubungan dengan kerajaan Inggris.
Bekas koloni Inggris ini akan menjadi pulau kedua di Karibia yang memutuskan hubungan dengan Ratu Elizabeth II dalam beberapa tahun ini, dengan Barbados melakukannya pada November lalu. [uh/ab]