Perdana Menteri Moldova Dorin Recean mengatakan, Jumat (3/1), bahwa negara itu menghadapi krisis keamanan setelah wilayah Transdniestria yang pro-separatis Moskow, tidak mendapat pasokan gas Rusia. Hal itu mengakibat Transdniestria harus menutup pabrik-pabrik, membatasi pemanas sentral dan memberlakukan pemadaman listrik bergilir.
Aliran gas Rusia melalui Ukraina ke Eropa tengah dan timur dihentikan pada Tahun Baru setelah perjanjian transit antara negara-negara yang bertikai berakhir dan Kyiv menolak melanjutkan bisnis dengan Moskow.
Recean mengatakan Moldova yang dikuasai pemerintah akan memenuhi kebutuhan energinya sendiri dengan produksi dan impor dalam negeri. Namun, Moldova mengakui bahwa wilayah Transdniestria yang separatis telah mengalami pukulan yang menyakitkan meskipun mempunyai hubungan dengan Moskow.
“Dengan membahayakan masa depan protektorat yang telah didukungnya selama tiga dekade dalam upaya untuk menggoyahkan Moldova, Rusia mengungkapkan akibat yang tidak dapat dihindari bagi semua sekutunya – pengkhianatan dan isolasi,” kata Recean dalam sebuah pernyataan.
“Kami menganggap hal itu sebagai krisis keamanan yang bertujuan untuk memungkinkan kembalinya pasukan pro-Rusia berkuasa di Moldova dan mempersenjatai wilayah kami melawan Ukraina, yang berbatasan dengan kami sepanjang 1.200 km.”
Saluran berita resmi Telegram milik kelompok separatis Transdniestria mengatakan pemadaman listrik bergilir mulai berlaku pada Jumat (3/1) malam. Wilayah itu mencantumkan distrik-distrik yang akan mengalami pemadaman listrik selama satu jam atau lebih antara pukul 18.00 dan 22.00.
Penduduk Transdniestria sudah tidak mendapatkan pasokan air panas dan pemanas sentral. Tak hanya itu, semua pabrik kecuali produsen makanan terpaksa menghentikan produksinya.
Presiden daerah kantong tersebut, Vadim Krasnoselsky, sebelumnya mengatakan pemadaman listrik tidak bisa dihindari. Dia mengatakan wilayah tersebut memiliki cadangan gas untuk menutupi penggunaan terbatas selama sepuluh hari di wilayah utara dan dua kali lebih lama di wilayah selatan.
Rusia membantah menggunakan gas sebagai senjata untuk memaksa Moldova, alih-alih menyalahkan Kyiv karena menolak memperbarui perjanjian transit gas.
Pertikaian soal tunggakan
Raksasa gas Rusia Gazprom secara terpisah mengatakan pada 28 Desember bahwa mereka akan menangguhkan ekspor ke Moldova pada 1 Januari karena menurut Rusia, Moldova masih mempunyai tunggakan utang sebesar $709 juta. Moldova membantah hal itu dan menyebutkan tunggakan utangnya hanya senilai $8,6 juta.
Negara di Eropa Tenggara yang berpenduduk sekitar 2,5 juta jiwa ini telah menjadi sorotan sejak invasi Rusia ke negara tetangganya, Ukraina, pada saat meningkatnya ketegangan antara Moskow dan negara-negara Barat.
Sebaliknya, Moldova dulu mendapat sebagian besar pasokan listriknya dari Transdniestria. Namun, setelah Kyiv menegaskan akan menghentikan transit gas dari Rusia, pemerintah Chisinau menyiapkan pengaturan alternatif, dengan menggabungkan produksi dalam negeri dan impor listrik dari Rumania, kata Recean. [ft]