Sekelompok pengacara iklim, Selasa (12/10), menyerukan agar Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menggelar penyelidikan terhadap presiden Brazil atas dugaan kemungkinan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam kebijakan pemerintahannya terkait Amazon.
Kelompok AllRise mengajukan gugatan ke ICC yang menuduh bahwa pemerintahan Jair Bolsonaro bertanggung jawab atas serangan meluas terhadap Amazon, orang-orang yang bergantung pada hutan itu, dan para pembelanya.
Seruan itu muncul kurang dari tiga pekan sebelum Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26, yang dikenal sebagai COP26, yang dimulai pada 31 Oktober di Glasgow.
KTT 12 hari ini bertujuan untuk mengamankan komitmen yang lebih ambisius untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius dengan tujuan mempertahankannya hingga 1,5 derajat Celsius dibandingkan dengan tingkat pra-industri. Acara ini juga difokuskan untuk memobilisasi pembiayaan untuk memerangi perubahan iklim dan melindungi komunitas-komunitas rentan dan habitat-habitat alami.
Sejak menjabat, Bolsonaro telah mendorong pembangunan di kawasan Amazon dan menganggap keluhan dunia tentang kehancurannya sebagai plot untuk menahan pengembangan agribisnis Brazil. Pemerintahannya juga melemahkan kewenangan otoritas lingkungan dan mendukung langkah-langkah legislatif untuk melonggarkan perlindungan tanah sehingga mendukung aksi para perampas tanah.
“Kejahatan terhadap alam adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Jair Bolsonaro memicu penghancuran massal Amazon dengan mata terbuka lebar. Ia mengetahui konsekuensinya sepenuhnya,” kata pendiri AllRise Johannes Wesemann dalam sebuah pernyataan. ''ICC memiliki tugas yang jelas untuk menyelidiki kejahatan lingkungan dengan gravitasi global seperti ini.''
Ini bukan kali pertama para pemimpin sayap kanan Brazil meminta ICC campur tangan. Dua tahun lalu, sekelompok pengacara dan mantan menteri Brazil meminta pengadilan menyelidiki Bolsonaro karena diduga memicu aksi genosida terhadap masyarakat adat dan gagal menjaga hutan dan lahan lindung yang mereka tinggali. [ab/uh]