Para diplomat dari Amerika, Rusia, Eropa dan negara lain memulai pembicaraan sehari lagi hari di Jerman mengenai krisis yang sedang terjadi di Suriah, Sabtu (13/2).
Hanya beberapa jam setelah para pemimpin dunia mengumumkan persetujuan hari Jumat (12/2) di Konferensi Keamanan Munchen untuk mendorong penghentian permusuhan di Suriah dalam waktu satu minggu, persetujuan itu menghadapi tantangan.
Dalam wawancara yang dimuat hari Jumat (12/2), Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada kantor berita Perancis pasukannya berencana merebut kembali seluruh negara itu, yang menimbulkan keraguan akan janji beberapa pihak untuk mengakhiri sengketa yang sudah hampir lima tahun itu.
Assad mengatakan perebutan semua wilayah dapat memakan waktu lama. Presiden Suriah itu mengatakan ia mendukung usaha perdamaian, tetapi mengingatkan bahwa perundingan tidak berarti kita berhenti memerangi terorisme.
Para pengamat menunjukkan sejumlah kelemahan persetujuan yang disepakati hari Kamis. Mereka mengatakan persetujuan itu dapat mengizinkan pasukan Assad, dengan bantuan Rusia, terus menyerang daerah-daerah pemberontak.
Persetujuan itu, misalnya, tidak menyebut penghentian perang pemerintah Suriah melawan teroris, termasuk militan ISIS dan Front al-Nusra.
Tetapi pemerintahan Assad menganggap semua laskar oposisi, baik yang moderat maupun ektrimis, teroris, dan Rusia terus membom apa yang katanya teroris, yang memungkinkan pasukan Assad memperoleh kemajuan besar baru-baru ini di sekitar Aleppo, kota terbesar Suriah.
Pemberontak Suriah terus menuduh pesawat-pesawat tempur Rusia menyerang kaum sipil dan oposisi moderat secara membabi-buta. Rusia membantah menyerang kaum sipil. [gp]