Gerakan Badai Florence melambat hari Rabu (13/9), sehingga memberi kesempatan kepada penduduk di kawasan tengah pantai timur Amerika untuk mengungsi. Para pejabat mengatakan, badai itu tidak dapat diprediksi, dan memperingatkan bahwa proporsinya bisa bersejarah.
Florence diproyeksikan akan mencapai daratan pantai South Carolina dan North Carolina, Kamis malam (13/9) dan diikuti oleh curah hujan berhari-hari. Ratusan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka, dan lebih banyak lagi sedang menuju ke daerah-daerah yang lebih aman.
Pantai South Carolina (Carolina Selatan) terlihat tenang pada hari Rabu (12/9), tetapi pemandangan itu mungkin sangat berbeda pada Jumat pagi (14/9).
John Quagliarielo dari Dinas Cuaca Nasional mengatakan, “Badai Florence diperkirakan akan menjadi peristiwa berdurasi panjang dan berdampak besar bagi sebagian besar penduduk South Carolina, termasuk wilayah-wilayah yang jauh dari pesisir.”
Para pejabat memperingatkan penduduk pesisir agar mengungsi selagi mereka masih bisa karena mungkin nantinya tidak akan tersedia bantuan yang mereka butuhkan setelah badai menerjang. Florence datang disertai angin kencang yang pasti akan menumbangkan pepohonan, memutuskan aliran listrik dan merusak atap, bahkan di tempat-tempat yang jauh dari pantai.
Michael Barnes, warga South Carolina, yang biasa bekerja sebagai ahli pemasangan atap rumah menjelaskan, “Hal terbesar mengenai badai adalah mengkhawatirkan hujan yang dibawa oleh angin dan apa saja yang dilewati bisa hancur, terutama atap rumah. Selain itu, jika tiang-tiang listrik ini rusak, maka akibatnya sangat buruk.”
Negara bagian North Carolina diproyeksikan akan menjadi wilayah yang paling terpukul, tetapi para pejabat memperingatkan bahwa Badai Florence tidak dapat diprediksi dan masih bisa berubah arah. Penduduk pesisir telah menutupi jendela-jendela rumah mereka dan melakukan berbagai tindakan pencegahan apa saja yang memungkinkan sebelum mereka pergi meninggalkan rumah mereka.
Gray Styers, seorang penduduk pantai di North Carolina mengatakan, “Saat ini, kegelisahan dan adrenalin lah yang mendorong kami untuk melakukan apa yang bisa dilakukan, bukan karena ketakutan karena tidak banyak yang bisa kita kontrol. Namun, sebenarnya hal yang tidak kita ketahui inilah yang kita khawatirkan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, kapan akan terjadi, dan bagaimana itu akan terjadi.”
Presiden Amerika Donald Trump mengatakan pemerintah siap menghadapi badai itu. “Kita siap. Kita mampu. Saya kira kita punya orang-orang terbaik di dunia.”
Dua bulan lalu pemerintahan Trump mentransfer dana hampir $10 juta dari Federal Emergency Management Agency (FEMA) ke Immigration and Customs Enforcement (Badan Penegakan Hukum Imigrasi dan Bea Cukai/ICE). Seorang pejabat tinggi FEMA hari Rabu mengatakan hal itu tidak menimbulkan masalah dan badan federal pengelolaan keadaan darurat itu menyatakan kesiapannya.
Jeff Byard, Deputi Administrator FEMA menyatakan, “Kami memiliki banyak sumber daya untuk menanggapi keadaan darurat. Kami memiliki banyak sumber daya untuk pemulihan. Keuangan sama sekali tidak mempengaruhi keadaan kami.”
Baik FEMA maupun ICE berada di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan transfer dana itu sah. Tetapi, para kritikus menyatakan keberatan dengan pengalihan dana itu sebelum musim badai berlalu. [zh/lt]