Para pemimpin ASEAN yang sedang berkumpul di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Rabu (10/5) mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan yang tengah dibawa oleh AHA Center dan tim pemantauan ASEAN. Namun sampai saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Melalui keterangan tertulis, sebelas pemimpin negara ASEAN tersebut menegaskan pelakunya harus bertanggung jawab atas serbuan itu.
Para pemimpin ASEAN juga menyatakan dukungan kepada Indonesia yang menjadi Ketua ASEAN pada tahun ini untuk melibatkan semua pihak di Myanmar guna mendorong pelaksaan konsensus lima poin. Konsensus lima poin tersebut mencakup penyelenggaraan dialog konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan dan pengiriman delegasi ASEAN ke Myanmar.
Pengamat ASEAN dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pandu Prayoga kepada VOA, Rabu (10/5), mengatakan pernyataan para pemimpin ASEAN tersebut merupakan dukungan kepada Indonesia yang bekerja secara diam-diam. Kecamanan tersebut juga sebagai sokongan terhadap Presiden Joko Widodo yang sudah mengatakan serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan dan tim pemantau ASEAN tidak akan membuat Indonesia berhenti berupaya.
"Kalau kita pelajari dan paham ASEAN itu bekerjanya seperti apa, pernyataan-pernyataan seperti ini adalah wujud diplomasi yang dijalankan oleh para pemimpin negara secara halus. Jadi lebih banyak kita (ASEAN) itu dengan pernyataan, diplomasi-diplomasi ringan, bukan dengan kekerasan," kata Pandu.
Pandu menambahkan serangan junta Myanmar ke konvoi bantuan dan tim pemantau ASEAN itu merupakan upaya dari pihak-pihak tertentu yang ingin membuat situasi di Myanmar lebih kacau lagi.
Menurutnya, serangan itu tidak akan menyurutkan langkah ASEAN untuk bekerja dengan efektif dan segera. Dia menyebutkan dari lima poin konsensus yang dihasilkan dalam pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta, April 2021, yang sudah dijalankan adalah berkomunikasi dengan pihak-pihak di Myanmar dan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Terkait upaya Indonesia, Pandu menilai apa yang sudah dilakukan sudah sesuai jalurnya. Pandu berharap pengiriman bantuan kemanusiaan bagi rakyat Myanmar terus dilanjutkan komunikasi dengan semua pihak di negara tersebut diintensifkan untuk meminimalkan risiko kerja tim ASEAN di Myanmar.
Arfin Sudirman, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran menilai serangan terhadap rombongan ASEAN itu bukan tindakan acak, tetapi sudah direncanakan. Apalagi rute perjalanan mereka itu bukan di wilayah di mana biasa terjadi baku tembak.
"Dengan menlu ASEAN mengeluarkan pernyataan, bisa dibilang ASEAN tidak akan kompromi soal konflik yang ada di Myanmar dan tetap berpegang teguh pada prinsip lima poin konsensus itu," tutur Arfin.
Hanya saja, Arfin menjelaskan, “kalau serangan itu atas perintah pemimpin junta, maka Myanmar cukup berani untuk siap meninggalkan ASEAN. Sebab Myanmar sudah merasa enteng saja terhadap ASEAN dan bahkan sudah menganggap Tiongkok sebagai mitra utamanya ketimbang ASEAN. Myanmar mungkin menganggap tidak ada keuntungngan bergabung dengan ASEAN.”
Arfin tidak yakin junta Myanmar akan melaksanakan lima poin konsensus karena tidak ada yang bisa menekan mereka.
Peran penting yang harus dimainkan oleh Indonesia adalah melobi China untuk tidak terlalu banyak melakukan intervensi di kawasan maupun di Myanmar. China, lanjutnya, jangan terlalu memberikan bantuan untuk memperkuat militer junta.
Sebelumnya, Presiden Jokowi Widodo menjelang pembukaan KTT ASEAN ke 42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, kembali menegaskan agar kekerasan di Myanmar segera dihentikan, Menurut Jokowi, situasi di negara tersebut saat ini tidak membuat pihak manapun menang taoi hanya membuat rakyat menjadi korban.
Presiden menegaskan, keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun ini akan terus mendorong implementasi dari konsensus lima poin. Salah satu poinnya adalah berkaitan dengan bantuan kemanusiaan. [fw/lt]
Forum