Amnesty International mengatakan pihak berwenang di China Daratan telah menyiksa dan memenjarakan sedikitnya dua pendukung protes pro-demokrasi Hong Kong yang melumpuhkan sebagian daerah China yang semi-otonom itu tahun lalu.
Organisasi hak asasi manusia yang berbasis di London itu mengatakan dalam pernyataan Kamis (12/2) bahwa sedikitnya 27 orang pendukung yang disebut Gerakan Payung tetap dalam tahanan di China. Sembilan orang belum diberi kesempatan bertemu dengan pengacara dan lokasi empat orang belum diketahui, katanya menambahkan.
Salah seorang yang dilaporkan disiksa adalah penyair terkenal Wang Zang, yang ditangkap Oktober atas kecurigaan “memulai pertengkaran dan memancing kerusuhan” setelah ia memuat gambar pada media sosial yang mendukung para pemrotes.
“Ia tidak diizinkan bertemu dengan pengacaranya sampai 25 Desember, ketika ia memberitahunya bahwa ia telah diinterogasi non-stop selama lima hari, dan pada waktu itu ia ditendang, dipukuli, dihalangi tidur, dan dipaksa berdiri pada sebagian besar waktu itu,” kata Amnesty.
Li Yufeng, aktivis hak asasi dari Provinsi Hunan, juga ditangkap September dan dituduh “menciptakan kegaduhan” karena pernyataannya yang mendukung protes Hong Kong.
“Menurut pengacaranya, dua kali dia dipaksa menanggalkan semua pakaiannya kecuali pakaian dalam dalam kamar yang dingin. Dia kadang-kadang mogok makan dan ia diberi makanan cair dengan paksa paling sedikit dua kali,” demikian kata pernyataan Amnesty.
China belum menanggapi laporan Amnesty itu.
Yang disebut gerakan protes Occupy Central menutup jalan-jalan penting di Hong Kong selama dua setengah bulan mulai September. Pada satu waktu, pemrotes berjumlah puluhan ribu orang, yang memberi tantangan politik signifikan terhadap Beijing.
Pihak berwenang di Beijing menyatakan kamp-kamp protes ilegal dan akhirnya dibongkar oleh polisi tanpa memberi demonstran konsesi apapun.
Pemrotes menghendaki Kepala Daerah Hong Kong Leung Chun-ying meletakkan jabatan dan Beijing membatalkan keputusannya untuk menyaring para calon untuk pemilu daerah itu 2017.