Dalam sebuah terobosan besar, Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat (1/4) mengumumkan pihak-pihak yang berkonflik di Yaman telah menyetujui gencatan senjata selama dua bulan yang dimulai pada hari Sabtu (2/4), hari pertama bulan suci Ramadhan, pada pukul 19.00 waktu setempat.
“Gencatan senjata ini harus menjadi langkah pertama untuk mengakhiri perang Yaman yang menghancurkan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada wartawan.
Ia mendesak para pihak untuk menggunakan peluang ini “untuk bekerja sama dengan itikad baik dan tanpa prasyarat” bersama utusan khususnya guna melanjutkan proses politik Yaman yang inklusif dan komprehensif.
“Tujuan akhirnya haruslah sebuah penyelesaian politik hasil perundingan yang membahas keprihatinan dan aspirasi sah dari semua warga Yaman,” kata Guterres.
Utusan Khusus PBB Hans Grundberg, yang merundingkan gencatan senjata itu, dalam sebuah pernyataan mengatakan para pihak telah sepakat untuk menghentikan semua operasi serangan militer, darat dan laut di Yaman dan lintas perbatasannya.
“Mereka juga menyetujui kapal bahan bakar masuk ke pelabuhan Hodeida dan penerbangan komersial masuk dan keluar dari bandara Sana’a ke tujuan yang telah ditentukan di wilayah tersebut,” kata Grunberg. “Mereka lebih jauh, setuju untuk bertemu di bawah pengarahan saya untuk membuka jalan-jalan di Taiz dan daerah gubernuran lainnya di Yaman.”
Semua ini telah menjadi poin utama pertikaian antara pemerintahan Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi dari dan pemberontak Houthi yang didukung Iran yang diperangi pemerintah. Perang telah mendorong negara termiskin di kawasan itu ke jurang kehancuran.
Houthi menolak undangan dari Dewan Kerjasama Regional Teluk untuk menghadiri pertemuan tentang perang di Yaman awal pekan ini karena diadakan di Arab Saudi. Houthi lebih memilih negara netral.
Baik Saudi dan Houthi sebelumnya telah menawarkan gencatan senjata sepihak baru-baru ini. [my/pp]