Partai Republik dan musuh lama perjanjian internasional mengenai program nuklir Iran kini mundur dari seruan-seruan agar membatalkan perjanjian itu.
Sekarang malah mendesak pemerintahan Trump akan datang untuk lebih baik memperkeras daripada membatalkan perjanjian yang sempat dicap Trump sebagai ‘perjanjian terburuk yang pernah di dirundingkan’.
Iran dan negara-negara sekutu di Eropa mengharap pemerintahan Trump menghormati perjanjian yang membatasi program nuklir Iran sebagai tukar bagi kesediaan Barat melonggarkan sanksi terhadap Iran.
Kini kekhawatiran semakin kuat behwa menarik diri secara sepihak dari perjanjian itu akan membuat Amerika terkucil secara internasional, sebaliknya dapat mendorong Iran menghidupkan kembali apa yang dicurigai sebagai program senjata nuklirnya.
"Ada risiko jika Amerika keluar dari perjanjian," kata Orde Kittrie dari Yayasan Pembela Demokrasi.
"Jika Amerika keluar, Iran akan merasa bebas untuk menyingkirkan semua penghalang terhadap program nuklirnya. Dan bakal sulit untuk memberlakukan kembali sanksi. Sekutu-sekutu Amerika akan sangat kecewa," tambahnya.
Dari sudut hukum, presiden baru Trump berwenang menarik Amerika keluar dari perjanjian, kata pakar-pakar hukum. Perjanjian itu sengaja disusun bukan sebagai "traktat", tetapi sebagai perjanjian internasional yang tidak mengikat. Dan Dewan Keamanan PBB yang menyetujuinya tidak mewajibkan anggotanya mematuhi perjanjian tersebut. [ps/al]