Dari kapal mereka yang berukuran sekitar 43 meter, Christopher dan Regina Catrambone mengisi kekosongan yang mereka katakan, telah diabaikan Eropa atas krisis migran di Mediterania.
Pengusaha asuransi yang berkantor di Malta adalah di antara legiun sukarelawan yang bekerja dengan garda pantai Italia, kelompok LSM dan lainnya untuk menyelamatkan dan melayani kebutuhan pokok para migran yang selamat dari upaya penyeberangan yang berbahaya dari Libya.
Seluruh Uni Eropa akan diminta untuk berbuat lebih banyak, dalam sebuah konferensi darurat Kamis (23/4).
Pasangan itu mendirikan Stasiun Bantuan Migran yang berkantor di Malta pada tahun 2013, setelah 366 orang tenggelam di pulau Lampedusa, dan selama 6 bulan mereka menolong menyelamatkan para migran yang memerlukan pertolongan.
“Tak seorangpun layak untuk mati di laut lepas dalam keputusasaan,” kata Regina Catrambone dari Phoenix, ketika menambatkan kapalnya di Marsa, dekat Valletta, ibukota Malta.
Pasangan Catrambone bergabung sebagai sukarelawan seperti halnya Ibrahima D'Amic, seorang pengungsi Muslim berusia 21 tahun dari Senegal dengan perahu karet tahun 2013 di lepas pulau Sicily dan kini ia menghabiskan waktu senggangnya, membagikan roti tangkep dan menolong kedatangan migran baru di Catania, kampung halamannya yang baru.
Sementara, kelompok hak asasi Amnesty International hari Rabu (22/4) mendesak para pemimpin Eropa agar memulai usaha kemanusiaan untuk mengakhiri tragedi kapal migran karam yang meningkat drastis di Laut Tengah.
Dalam sebuah laporan yang dirilis di Paris, Amnesty International menyebut bencana maritim itu memalukan bagi Eropa. Amnesty mendesak para kepala negara Uni Eropa yang akan bertemu hari Kamis di Brussels untuk segera mengotorisasi operasi kemanusiaan dengan lebih banyak kapal, pesawat dan sumber daya lain untuk melakukan patroli di Laut Tengah dan menyelamatkan migran ketika nyawa mereka terancam.