Orang-orang datang ke pasar makanan di kota lama Tunis untuk berbelanja menjelang bulan Ramadan. Ini merupakan kebiasaan bagi banyak Muslim untuk menyambut Ramadan dengan berbelanja, yang kebanyakan berupa produk-produk makanan.
Tahun ini, sebagian dari mereka tergerak untuk berbelanja karena khawatir kenaikan harga-harga akan membuat sejumlah bahan makanan menjadi tak terjangkau bagi mereka.
Seorang warga setempat bernama Hedia mengatakan, "Semuanya sangat mahal sekarang ini, semuanya. Cabai, tomat, semuanya mahal. Bagaimana nanti harga-harga selama Ramadan?.”
Hedia menambahkan satu pak telur berisi empat butir, harganya senilai sekitar 5.800 rupiah, dan tidak ada produk yang harganya tidak naik.
Salah, seorang warga setempat, menambahkan, "Kedatangan orang-orang ke pasar dipengaruhi masalah keuangan, karena orang khawatir harga-harga akan naik nantinya dan ini juga tergantung pada berapa banyak uang yang mereka miliki sekarang ini. Bagi yang lainnya, belanja ini terkait tradisi Tunisia, yang akan mendorong kenaikan harga.”
Sementara itu, seorang pedagang buah, Mohamed Salah, mengemukakan, "Orang berdatangan di pasar sebelum Ramadan karena kebiasaan, di mana Muslim menyambut bulan ini dengan membeli kebutuhan mereka. Mereka membeli produk-produk yang dapat disimpan beberapa hari sebelum Ramadan dan membeli keperluan tambahan saja selama Ramadan.”
Yang lainnya ke pasar untuk berbelanja pada saat-saat terakhir menjelang diberlakukannya langkah-langkah terkait pandemi virus corona.
Tunisia memperketat jam larangan keluar rumah pada malam hari menjelang Ramadan karena meningkatnya kasus COVID-19 di berbagai penjuru negara di Afrika Utara itu.
Bulan puasa biasanya ditandai dengan kerumunan banyak orang di toko-toko, kafe-kafe dan tempat-tempat umum lainnya, serta pertemuan keluarga di berbagai penjuru negara itu.
Pihak berwenang memperpanjang jam malam yang berlaku dari pukul 7 malam hingga pukul 5 pagi, dimulai sekitar tiga jam lebih cepat daripada jam malam yang semula diberlakukan mulai pukul 10 malam. Efektif mulai Jumat pekan lalu, jam malam tersebut diberlakukan setidaknya hingga 30 April.
Tetapi banyaknya orang yang datang ke pasar-pasar tidak membawa kabar baik bagi pemilik usaha.
Penjual busana tradisional mengatakan sekarang ini biasanya adalah masa-masa yang paling menjanjikan dalam setahun. Tetapi Ali, salah seorang penjual baju tersebut, mengatakan, "Ramadan adalah kesempatan yang kami tunggu-tunggu untuk menjual busana perempuan tetapi sekarang ini, tidak ada yang terjual. Tidak ada warga Tunisia yang mencari baju, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.”
Bayangan kekecewaan menggantung di atas negara di Afrika Utara itu, yang telah mengalami tekanan akibat ekonomi yang bermasalah dan janji-janji yang tidak dipenuhi. Pemerintah belum mampu mengubah perekonomian yang berada di ambang kebangkrutan.
Menurut angka-angka terbaru yang diterbitkan pekan lalu oleh Kementerian Kesehatan Tunisia, jumlah kematian akibat COVID-19 lebih dari 9.000, dengan kasus secara keseluruhan mendekati 265 ribu di antara 11,7 juta orang penduduk negara itu.
PM Hichem Mechichi telah mengesampingkan tindakan lockdown nasional yang baru, mengingat apa yang ia katakan sebagai situasi ekonomi yang sulit di negara itu sekarang ini. [uh/ab]