Tautan-tautan Akses

Pascapenembakan Massal, Warga Montenegro Tuntut Pejabat Keamanan untuk Mundur


Anak-anak menyalakan obor dalam aksi protes menuntut sejumlah pejabat keamanan utama Montenegro untuk mundur di Podogrica, pada 5 Januari 2024, menyusul penembakan massal yang berlangsung pada awal minggu lalu. (Foto: AP/Risto Bozovic)
Anak-anak menyalakan obor dalam aksi protes menuntut sejumlah pejabat keamanan utama Montenegro untuk mundur di Podogrica, pada 5 Januari 2024, menyusul penembakan massal yang berlangsung pada awal minggu lalu. (Foto: AP/Risto Bozovic)

Ribuan orang turun ke jalan di Montenegro pada Minggu (5/1), menuntut pengunduran diri pejabat tinggi keamanan menyusul penembakan yang menewaskan 12 orang, termasuk dua anak, awal pekan ini.

Sambil meneriakkan “Undurkan diri!” dan “Pembunuh!”, para demonstran berkumpul di depan gedung Kementerian Dalam Negeri di ibu kota Podgorica. Mereka menuntut agar Menteri Dalam Negeri Danilo Šaranović serta Wakil Perdana Menteri urusan Keamanan dan Pertahanan Aleksa Bečić segera turun jabatan.

Milo Perović, perwakilan kelompok mahasiswa yang turut menginisiasi aksi, mengatakan bahwa nyawa orang-orang tak berdosa hilang ketika para pejabat itu seharusnya melindungi mereka.

“Kalian gagal melindungi kami, jadi mundur saja!” teriak Perović.

Beberapa jam sebelumnya, ratusan orang menggelar aksi hening selama 12 menit di Cetinje—ibu kota bersejarah Montenegro, lokasi penembakan pada Rabu (1/1) lalu. Ini adalah kali kedua kota tersebut mengalami penembakan massal dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun.

Banyak warga Cetinje dan masyarakat Montenegro lainnya meyakini polisi telah gagal menangani situasi dan tidak melakukan cukup upaya untuk meningkatkan keamanan sejak penembakan massal pertama pada Agustus 2022.

Penembakan pada Rabu berawal dari pertengkaran di sebuah bar. Seorang pria lokal berusia 45 tahun pulang untuk mengambil senjata, kemudian kembali ke bar dan melepaskan tembakan. Ia menewaskan empat orang di lokasi, dan delapan orang lainnya di berbagai tempat sebelum akhirnya menembak dirinya sendiri hingga tewas.

Tragedi ini memicu kekhawatiran akan tingginya kekerasan di masyarakat Montenegro, yang secara politik terpecah. Juga timbul pertanyaan mengenai kesiapan aparat negara dalam menangani masalah, termasuk kepemilikan senjata.

Polisi menyatakan kejadian tersebut tidak bisa diprediksi dan dicegah, meski pelaku—diidentifikasi sebagai Aco Martinović—pernah divonis atas perilaku kekerasan dan kepemilikan senjata ilegal. Para korban sebagian besar adalah teman dan keluarga Martinović sendiri.

Pemerintah Montenegro bergerak cepat, dengan mengumumkan rancangan undang-undang senjata baru yang lebih ketat dan langkah-langkah lain untuk mengurangi jumlah senjata ilegal di negara Balkan berpenduduk sekitar 620.000 jiwa itu.

Pada Minggu, pihak berwenang melaporkan penggerebekan di sejumlah lokasi yang berhasil menyita sekitar 20 senjata api, lebih dari 500 butir amunisi, serta bahan peledak.

Para pengunjuk rasa di Cetinje dan Podgorica juga menuntut “demiliterisasi” warga sipil, yang mencakup penghancuran senjata ilegal, pengenaan pajak tinggi bagi pemilik senjata, dan moratorium izin baru sambil melakukan peninjauan ketat terhadap izin-izin yang sudah ada.

Pada penembakan di 2022 di Cetinje, seorang pria bersenjata menewaskan 10 orang, termasuk dua anak, sebelum akhirnya tewas ditembak oleh seorang warga yang kebetulan berada di lokasi.

Di hadapan massa di Cetinje, salah satu penggagas protes, Maja Gardašević, menegaskan bahwa mereka menuntut jawaban atas beberapa pertanyaan.

“Mengapa penembakan massal terjadi untuk kedua kalinya di Cetinje?” tanya Gardašević. “Mengapa tidak ada yang bertanggung jawab? Mengapa begitu sulit bagi mereka untuk mengundurkan diri?” [th/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG