Tautan-tautan Akses

Pascaprotes terhadap Pemerintah, Mahasiswa Bangladesh Kembali Berkuliah


Mahasiswa dan aktivis membawa bendera Bangladesh dalam pawai protes oleh Students Against Discrimination untuk memperingati satu bulan pengunduran diri mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina , Dhaka, 5 September 2024. (Foto: AP)
Mahasiswa dan aktivis membawa bendera Bangladesh dalam pawai protes oleh Students Against Discrimination untuk memperingati satu bulan pengunduran diri mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina , Dhaka, 5 September 2024. (Foto: AP)

Ruang-ruang kuliah kembali penuh dengan para mahasiswa.

Mahasiswa-mahasiswa Universitas Dhaka, Bangladesh, kembali berkuliah pada Minggu (22/9) setelah kampus itu ditutup selama berminggu-minggu akibat aksi unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa untuk menggulingkan perdana menteri otokratis Sheikh Hasina.

Puluhan ribu orang berdemonstrasi di kampus dan di area sekitar Shahbagh ketika protes terhadap kuota pekerjaan di pemerintahan berubah menjadi perjuangan nasional untuk mengakhiri 15 tahun pemerintahan tangan besi Hasina.

Saat protes memanas pada Juli lalu, otoritas setempat menutup universitas tersebut sebagai bagian dari tindakan tegas terhadap aksi demonstrasi yang telah menewaskan ratusan orang itu.

Sejumlah pemimpin aksi protes merupakan mahasiswa terdaftar di Universitas Dhaka—beberapa di antaranya ditangkap oleh polisi berpakaian preman dan ditahan selama beberapa hari.

Para mahasiswa menuntut keadilan bagi para korban yang tewas dalam bentrokan mematikan baru-baru ini di seluruh negeri, Dhaka, Bangladesh, 31 Juli 2024. (Foto: AP)
Para mahasiswa menuntut keadilan bagi para korban yang tewas dalam bentrokan mematikan baru-baru ini di seluruh negeri, Dhaka, Bangladesh, 31 Juli 2024. (Foto: AP)

Pada Minggu, ruang-ruang kuliah kembali penuh dengan para mahasiswa yang mengobrol secara berkelompok di sepanjang jalan setapak yang penuh pepohonan, serta membeli minuman dan makanan ringan di kantin.

“Saya merasa jauh lebih baik setelah sekian lama tidak kuliah,” kata Arpita Das, mahasiswa jurusan ilmu politik. “Rasanya seperti penyambutan mahasiswa baru, karena guru kami menyambut kami di kelas dengan bunga.”

Das mengatakan ia hadir dalam sebuah bentrokan sengit di kampus itu pada bulan Juli, ketika para pengunjuk rasa dan mahasiswa yang mendukung Partai Liga Awami pimpinan Hasina saling menyerang dengan batu, tongkat, dan batang besi.

“Kami terbiasa dengan rutinitas pergi ke kelas, belajar dan ujian,” katanya. “Kami berada dalam ketidakpastian, apakah kami dapat melanjutkan kuliah lagi dan menyelesaikan studi kami,” tambahnya.

Perkuliahan telah dimulai lagi di hampir semua—kecuali empat atau lima—jurusan, kata asisten proktor Mohammad Mahbub Quaisar, yang ditunjuk setelah pengurus sebelumnya, pendukung setia Hasina, mengundurkan diri

PBB: Lebih dari 600 Orang Tewas Saat PM Hasina Terguling

Pemerintahan Hasina dituding melakukan pelanggaran yang meluas, termasuk penahanan massal dan pembunuhan di luar sistem peradilan terhadap saingan politiknya.

Menurut laporan awal PBB, lebih dari 600 orang tewas dalam beberapa minggu menjelang penggulingan Hasina pada awal Agustus lalu. Laporan itu menggarisbawahi bahwa jumlah korban tersebut “mungkin terlalu rendah”.

Sejak mengasingkan diri ke negara tetangga, India, para menteri kabinet dan anggota senior partai pimpinan Hasina telah ditangkap, dan orang-orang yang ditunjuk oleh pemerintahnya telah dicopot dari pengadilan dan bank sentral Bangladesh.

Di jalan-jalan yang rindang di area Shahbagh, muncul mural-mural baru berwarna-warni, yang mendorong masyarakat untuk “menghancurkan pintu-pintu besi penjara” dan merayakan “kelahiran kembali” Bangladesh.

“Rasanya seperti berada di era penindasan, ketika kami tidak dapat mengatakan apa-apa,” kata seorang mahasiswa S2 Kalimulla Al Kafi, 25 tahun, mengenai tindakan keras yang diperintahkan oleh Hasina.

“Hari ini rasanya seperti berkuliah dengan bebas. Kami dapat mengekspresikan diri dengan bebas.” [br/em]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG