Sebanyak 817 warga yang mengungsi keluar wilayah Wamena saat kerusuhan pecah September lalu sudah kembali melalui Apron Base Ops Lanud Silas Papare, kata Kolonel Cpl Eko Daryanto, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, kepada VOA. Saat kejadian, setidaknya ribuan orang memilih mengungsi.
Para pengungsi berangsur kembali sekitar dua minggu pasca kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada 23 September lalu. Dan hingga hari ini, arus kembali para pengungsi melalui Lanud Silas Papare masih berlangsung.
"Kemungkinan besok atau selanjutnya kalau ada penambahan kembali ke Wamena nanti akan kami update. Dua minggu setelah situasi dinyatakan aman, dan kondusif sudah ada yang kembali ke Wamena," katanya, Rabu (30/10).
Kata Eko, ada 385 pengungsi yang telah mendaftar untuk difasilitasi kembali ke Wamena. Data tersebut didapat dari Kementerian Sosial (Kemensos).
"Hari ini gelombang pertama yang telah dilepas tadi pagi pukul 07.00 waktu setempat, kurang lebih 128 orang. Bisa dikatakan didominasi oleh guru dan pelajar, karena tadi (jumlah) antara dewasa dengan anak-anak itu seimbang," sebut Eko.
Lanjutnya, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di Wamena sudah kondusif. Aktivitas warga telah pulih. Kegiatan belajar mengajar di Wamena juga sudah kembali aktif. Hal itu dilihat dari jumlah guru dan pelajar yang telah kembali ke Wamena. Sedangkan kegiatan rehabilitasi infrastruktur seperti pasar, rumah, dan rumah toko (ruko) yang rusak akibat kerusuhan masih dilakukan.
"Ada instruksi dari Presiden Joko Widodo supaya dalam waktu tiga minggu ke depan sudah bisa digunakan infrastruktur yang rusak akibat kerusuhan agar ekonomi masyarakat seperti sedia kala," ungkap Eko.
Komandan Lanud Silas Papare, Marsma TNI Tri Bowo Budi Santoso, mengatakan para pengungsi yang kembali ke Wamena diangkut dengan pesawat Hercules C-130/A-1332. Sampai saat ini sudah terdaftar 125 orang yang rencana akan dipulangkan ke Wamena esok hari, Kamis (31/10). Jumlah ini masih bisa bertambah hingga besok pagi.
"Kami berharap bapak, ibu, dan adik sekalian dapat menghidupkan kembali Wamena seperti sediakala dengan semangat 'Wamena Bangkit' untuk bisa sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban demi kemajuan kita bersama di bumi Papua ini," tuturnya.
Salah seorang pengungsi asal Medan, Sumatra Utara, Marselina, enggan kembali ke sana. Kerusuhan yang terjadi di Wamena menimbulkan trauma tersendiri bagi dirinya. Bukan hanya itu, ia juga terpaksa memindahkan anaknya ke sekolah yang ada di Medan.
"Masih trauma kalau mau kembali ke Wamena nanti tunggu aman. Belum ada niat. Sudah capek juga telah 15 tahun di Wamena," ujarnya kepada VOA.
Menurut data Mabes Polri sebanyak 33 orang tewas dalam kerusuhan di Wamena yang terjadi bulan lalu. Ribuan penduduk mengungsi. Sebanyak 630 rumah dan ruko mengalami kerusakan dan 374 kendaraan bermotor rusak dan dibakar. [aa/ft]