Pasukan Kurdi telah memasuki bulan kedua mempertahankan kota perbatasan Kobani, Suriah utara, dari militan Islamis ISIS, dengan bekerjasama semakin dekat dengan koalisi yang dipimpin Amerika untuk memukul mundur kelompok ultra radikal itu.
Organisasi hak asasi manusia Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris melaporkan lebih dari 660 tentara Kurdi telah tewas sejak serangan ISIS mulai di daerah itu di perbatasan Turki pada 16 September.
LSM itu mengatakan jumlah semua korban jiwa mungkin dua kali lipat dari angka taksiran tadi karena apa yang disebutnya “kerahasiaan yang ekstrem” mengenai korban di kedua pihak.
Serangan udara Amerika terhadap Islamis ISIS itu meningkat di Kobani pekan ini sementara Amerika mengakui pihaknya telah mengadakan pembicaraan langsung pertama dengan partai politik Kurdi Suriah yang terkait dengan gerilya Kurdi yang disebut Amerika dan Turki teroris.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan seorang pejabat tinggi Amerika telah bertemu dengan Partai Perserikatan Demokrasi Kurdi di Paris Sabtu, tetapi pertemuan itu tidak merupakan koordinasi melawan ISIS.
Partai itu berhubungan dengan PKK, separatis Kurdi yang telah melakukan banyak serangan di dalam Turki ketika memperjuangkan Kurdistan yang merdeka di Turki, Iran, Irak, dan Suriah.
Psaki mengatakan Amerika menyadari sepenuhnya hubungan antara Kurdi di Suriah dan PKK, yang masih dipandang Washington sebagai organisasi teroris.
Tetapi, Polat Can, juru bicara Satuan Perlindungan Rakyat Kurdi, YPG, mengatakan kepada VOA sebelumnya pekan ini bahwa milisi Kurdi mempunyai hubungan langsung dengan koalisi Amerika dan memberi koordinat untuk serangan udara di Kobani yang juga dinamakan Ayn al-Arab.
Departemen Pertahanan Amerika mengatakan pemboman itu telah menewaskan ratusan lasykar ISIS di kota itu.
