Paus Fransiskus mengemukakan kepada dunia di tengah berkecamuknya pandemi virus corona ini, bahwa kini bukan saatnya untuk tidak peduli karena semua orang menderita dan harus bersatu. Dalam pesan Paskah kali ini, Paus menyampaikan bahwa banyak orang merasa khawatir dengan masa depan yang tidak pasti, pekerjaan yang terancam dan konsekuensi lain selama krisis virus ini masih melanda.
Paus Fransiskus berkata, “Ketidakpedulian, mementingkan diri sendiri, perpecahan dan melupakan, bukanlah kata-kata yang ingin kita dengar saat ini. Musnahkan kata-kata itu untuk selama-lamanya! "
Pesan Urbi et Orbi Paskah atau pesan untuk “kota dan dunia” yang disampaikan dari Basilika Santo Petrus yang kosong di Gerbang Pengakuan merupakan ucapan Paskah Paus yang lebih kuat bergema dari yang sudah-sudah. Ia menyatakan dunia "sekarang ditindas oleh pandemi yang menguji seluruh umat manusia."
Setelah misa Paskah berlangsung bersama misdinar dan lektor dalam jumlah yang sangat terbatas dan tanpa kehadiran umat di Basilika Santo Petrus, pesan pertama Paus tersebut ditujukan kepada mereka yang terkena dampak langsung virus corona.
“Mereka yang sakit, yang meninggal dan anggota keluarga yang berduka atas kehilangan orang yang mereka cintai; kepada mereka yang dalam beberapa kasus, bahkan tidak dapat mengucapkan kata perpisahan terakhir,” tambahnya.
Paus yang berusia 83 tahun itu menyampaikan, ini merupakan Paskah yang sunyi di tengah-tengah kesedihan dan penderitaan akibat pandemi, mulai penderitaan secara fisik hingga kesulitan ekonomi. Penyakit itu, lanjutnya, tidak hanya membuat orang kehilangan kedekatan antar sesama manusia, namun juga tidak bisa mendapat penghiburan dari penyampaian sakramen langsung.
Fransiskus mengucapkan terima kasih dan penghargaan bagi para dokter dan perawat yang bekerja tak kenal lelah bahkan tak jarang mengorbankan kesehatan mereka sendiri.
“Dalam minggu-minggu ini, kehidupan jutaan orang tiba-tiba berubah. Bagi banyak orang, berada di rumah menjadi kesempatan untuk melakukan refleksi, menarik diri dari kesibukan dunia, menikmati kebersamaan dengan orang-orang terkasih. Namun sebagian orang juga merasa khawatir terhadap masa depan yang tidak pasti, pekerjaan yang terancam dan konsekuensi lain selama krisis saat ini.”
Ini bukanlah waktunya untuk tidak peduli, kata Paus lebih jauh, “karena seluruh dunia menderita dan perlu bersatu untuk menghadapi pandemik COVID-19. Paus juga mendorong para pemimpin politik untuk berbuat demi kebaikan bersama, menyediakan sejumlah sarana dan sumber daya yang diperlukan setiap orang untuk menjalani kehidupan yang bermartabat.
Mengingat situasi yang dihadapi saat ini, Paus menyerukan pelonggaran sanksi-sanksi internasional yang mempersulit negara-negara yang tertekan untuk menyediakan dukungan yang memadai bagi warganya.
Ia juga menambahkan ini bukan waktunya untuk mementingkan diri sendiri, dan Paus juga memberikan perhatian khusus untuk Eropa. Setelah Perang Dunia II, papar Paus lebih lanjut, Eropa mampu bangkit kembali, berkat semangat solidaritas yang riil sehingga memberdayakan Eropa untuk mengatasi pertikaiannya dari masa lalu.
Uni Eropa menghadapi suatu tantangan besar, demikian kata Paus, yang tidak sekedar menentukan masa depannya, tetapi juga seluruh dunia. Paus menjelaskan, kini yang sangat mendesak adalah mencegah agar pertikaian-pertikaian dari masa lalu itu tidak muncul kembali, dan semua pihak menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari satu keluarga besar dan saling mendukung. [mg/jm]