Badan-badan PBB Senin (9/10) mengatakan mereka berusaha memberikan bantuan darurat kepada sekelompok besar migran yang tertahan dan kemudian terlantar di pusat penyelundupan migran Sabratha, di tengah pertempuran antara kelompok-kelompok yang bermusuhan untuk memperebutkan kekuasaan atas kota itu.
Setidaknyak 4.000 migran, termasuk perempuan hamil, bayi yang baru lahir, dan anak-anak tanpa orang tua, telah dipindahkan dari kamp-kamp dan penampungan informal ke sebuah hangar di kota itu sejak pertempuran berakhir Jumat (7/10), menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM. Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR, mengatakan, sekitar 6.000 migran telah ditahan di lokasi-lokasi penampungan informal.
Ratusan migran yang meninggalkan Sabratha dengan berjalan kaki di sepanjang pesisir, telah tiba di Zuwara yang berjarak sekitar 25 kilometer ke arah barat, kata Sadeeq Al-Jayash, kepala komisi darurat Zuwara.
Mereka datang dalam kelompok-kelompok, misalnya Minggu datang 50 orang, kemudian 100 dan 200 pada malam harinya, kata Jayash. Ditambahkan, ada sekitar 1.700 migran yang sekarang berada di Zuwara dan sangat membutuhkan bantuan.
Sabratha merupakan titik pemberangkatan bagi migran yang sebagian besar berasal dari Sub Sahara. Mereka berusaha menyeberangi Laut Tengah dengan perahu dari Libya. Jumlah migran yang berusaha menyeberang turun tajam pada Juli setelah sebuah kelompok bersenjata mencapai kesepakatan dengan para pejabat pemerintah yang didukung PBB di Tripoli untuk menghalangi keberangkatan migran, karena tekanan dari Italia dan negara-negara anggota Uni Eropa lain. [ds]