PBB telah mengungsikan sekitar 325 pengungsi Libya dari pusat penahanan yang dikelola pemerintah di Tripoli, setelah sebagian dari mereka diduga melakukan penyerangan untuk memprotes kondisi buruk di sana.
Pertempuran antara pemerintah yang saling bersaingan di Libya telah membuat kondisi kehidupan di ibukota dan sekitarnya sangat berbahaya bagi warga sipil.
“Bahaya bagi pengungsi dan migran di Tripoli belum pernah sebesar ini,” kata wakil kepala misi PBB Matthew Brook, Rabu. “Penting sekali bagi pengungsi yang terancam itu untuk dibebaskan dan dievakuasi ke tempat aman.”
Badan pengungsi PBB menyatakan keputusan untuk segera memindahkan pengungsi dari pusat penahanan Qaser Ben Gasheer di Tripoli dipicu oleh laporan bahwa sebagian dari mereka dipukuli dan diancam dengan tembakan karena mengeluhkan kondisi yang penuh sesak dan kurangnya makanan di sana.
Dua belas orang dirawat di rumah sakit.
Para pejabat PBB menyatakan mereka sangat khawatir akan keselamatan sekitar 3.000 migran di berbagai pusat penahanan di Tripoli. Mereka menyatakan pertempuran telah menyulitkan pemberian bantuan darurat bagi para migran, dan penting sekali warga sipil itu dibebaskan dari pusat-pusat penahanan dan diberi kesempatan untuk menjauhi pertempuran.
Ribuan migran dari Libya dan berbagai tempat lain berupaya menempuh perjalanan berbahaya ke Eropa melalui Laut Tengah dari pesisir Libya setiap tahun.
Badan pengungsi PBB, Rabu (24/4) menyatakan bahwa Libya adalah “tempat berbahaya dan tidak cocok” bagi pengungsi dan migran, dan bahwa “tidak boleh ada upaya yang terlewat untuk mencegah mereka yang diselamatkan di laut dipulangkan ke Libya.”
Selain menyerukan gencatan segera, para pejabat kemanusiaan PBB menyatakan mereka memerlukan bantuan darurat lebih dari 10 juta dolar untuk terus membantu warga sipil yang terkepung di Libya. Para pejabat menyatakan mereka baru menerima enam persen saja dari yang diperlukan. [uh]