Iran akan mulai memperkaya uranium dengan ribuan mesin sentrifugal canggih di dua fasilitas nuklir utamanya di Fordo dan Natanz, kata pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jumat (29/11). Hal itu kian meningkatkan ketegangan mengenai program Teheran karena mereka melakukan pengayaan pada tingkat yang hampir setara dengan senjata.
Pemberitahuan dari Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) hanya menyebutkan Iran memperkaya uranium dengan sentrifugal baru hingga kemurnian 5 persen, jauh lebih rendah dari 60 persen yang dilakukan saat ini. Hal itu kemungkinan menandakan bahwa Iran masih ingin bernegosiasi dengan Barat dan pemerintahan Presiden terpilih yang akan datang. Donald Trump.
Namun, masih belum jelas bagaimana Trump akan mendekati Iran begitu ia mulai menjabat, terutama karena Iran terus mengancam akan menyerang Israel di tengah perang melawan Hamas di Jalur Gaza dan setelah gencatan senjata dimulai dalam kampanyenya di Lebanon. Trump menarik Amerika dari perjanjian tersebut pada 2018.
Misi Iran di PBB tidak menanggapi permintaan komentar atas laporan IAEA. Teheran mengancam akan segera memajukan programnya setelah Dewan Gubernur IAEA mengecam Iran pada pertemuan bulan November karena gagal bekerja sama sepenuhnya dengan badan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, IAEA menguraikan rencana yang diinformasikan Iran, termasuk memasukkan uranium ke dalam 45 rangkaian sentrifugal atau cascades canggih IR-2M, IR-4 dan IR-6.
Cascades adalah sekelompok sentrifugal yang memutar gas uranium untuk memperkaya uranium dengan lebih cepat. Masing-masing sentrifugal kelas lanjutan ini memperkaya uranium lebih cepat dibandingkan sentrifugal IR-1 yang digunakan Iran, yang selama ini menjadi tulang punggung program atom negara tersebut. IAEA tidak memerinci berapa banyak mesin yang akan ditempatkan di setiap tahap, tetapi Iran telah menempatkan sekitar 160 sentrifugal dalam satu tahap di masa lalu.
Tidak jelas apakah Iran sudah mulai memasukkan uranium ke dalam mesin sentrifugal. Teheran sejauh ini masih belum jelas mengenai rencananya. Namun dengan memulai pengayaan sebesar 5 persen memberi Teheran dua keuntungan, yaitu pengaruh dalam negosiasi dengan Barat dan cara lain untuk meningkatkan tekanan jika mereka tidak menyukai apa yang mereka dengar. Tingkat pengayaan senjata mencapai sekitar 90 persen.
Sejak runtuhnya perjanjian nuklir Iran pada 2015 dengan negara-negara besar dunia menyusul penarikan sepihak Amerika Serikat dari perjanjian tersebut pada 2018, Iran telah mengupayakan pengayaan nuklir tepat di bawah tingkat yang setara dengan senjata. Badan-badan intelijen Amerika dan pihak lain menilai Iran belum memulai program senjata.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada The Associated Press bahwa mereka “sangat prihatin dengan pengumuman Iran bahwa mereka memilih jalur eskalasi yang berkelanjutan dibandingkan bekerja sama dengan IAEA.”
“Produksi berkelanjutan dan akumulasi uranium yang diperkaya hingga 60 persen oleh Iran tidak memiliki pembenaran sipil yang kredibel,” tambahnya.
Iran, sebagai salah satu pihak yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, telah berjanji untuk mengizinkan IAEA mengunjungi situs-situs atomnya untuk memastikan programnya berjalan untuk keperluan damai. Teheran juga telah menyetujui pengawasan tambahan dari IAEA sebagai bagian dari perjanjian nuklir tahun 2015, yang sanksinya dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya secara drastis.
Namun, selama bertahun-tahun Iran telah membatasi akses pengawas ke situs-situs tersebut, dan juga tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan tentang situs-situs lain di mana bahan nuklir pernah ditemukan di masa lalu setelah gagalnya perjanjian tersebut. [ft]