Setiap tahun diperkirakan hampir 400 ribu anak-anak tertular virus AIDS, kebanyakan ditemukan di negara-negara berpendapatan rendah dan sedang. Pada tahun 2010, 250.000 anak di bawah usia 15 tahun meninggal karena sebab-sebab terkait HIV.
Para pejabat UNAIDS mengatakan sekarang ini sekitar 3,4 juta anak di bawah usia 15 tahun mengidap HIV. Selain itu, sekitar 42.000 perempuan meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait HIV dan kehamilan.
Kampanye Believe It. Do It diluncurkan menyusul Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai AIDS tahun lalu. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran mengenai Rencana Global yang dikukuhkan para pemimpin untuk mengakhiri penularan HIV pada anak-anak sebelum tahun 2015.
Karusa Kiragu dari Kenya adalah penasihat senior UNAIDS mengenai kesehatan ibu dan anak. Kiragu mengatakan hanya ada dua wilayah di dunia, di mana penularan dari ibu ke anak terus menerus menjadi masalah besar. Tetapi wilayah itu mencakup kawasan yang luas.
“Ini menjadi masalah di kawasan sub-Sahara Afrika dan India, tepatnya 22 negara yang mencakup sekitar 90 persen kasus penularan ibu ke anak secara global. Karena kita telah mampu mengatasi masalahnya di beberapa tempat, kami rasa kita harus bisa mengatasi masalah ini di tempat-tempat lain. Ini juga masalah keadilan. Jika ini bisa dilakukan di suatu tempat, kita seharusnya dapat melakukannya di tempat-tempat lain, “ ujarnya.
Kampanye Believe It. Do It diluncurkan menjelang Hari Ibu, dengan gagasan bahwa setiap hari adalah Hari Ibu. Partisipan sasarannya bukan di sub-Sahara Afrika atau India, tetapi para ibu di Amerika, Inggris, dan negara-negara maju lain. Kiragu mengatakan dukungan mereka diperlukan agar Rencana Global berhasil. Ia mengatakan sudah ada pengetahuan, keterampilan dan sumberdaya yang memadai untuk mengakhiri sebagian besar penularan HIV dari ibu ke anak. Ia mengatakan tanpa obat retroviral, tingkat penularan HIV dari ibu ke bayi pada persalinan mencapai sekitar 40 persen. Dengan perawatan itu, angka tersebut turun menjadi hanya dua persen.
“Di beberapa negara, hingga 90 persen perempuan yang memerlukan obat antiretroviral untuk mencegah penularan dari ibu ke anak mampu mendapatkannya, di sebagian negara lain hanya 12 persen. Jadi ini tergantung pada di mana kita berada. Masing-masing negara juga berusaha untuk memberikan bukan hanya antiretroviral, tetapi antiretroviral berkualitas terbaik, yang dapat berdampak maksimal. Jadi ini bukan sekadar masalah akses, melainkan akses ke antiretroviral berkualitas,” ujarnya lagi.
Direktur Eksekutif UNAIDS Michel Sidibe menyebut Rencana Global untuk mengakhiri penularan HIV pada anak-anak merupakan peluang yang luar biasa, tetapi ia memperingatkan bahwa waktu terus berjalan dan dukungan masyarakat diperlukan.
Para pejabat UNAIDS mengatakan sekarang ini sekitar 3,4 juta anak di bawah usia 15 tahun mengidap HIV. Selain itu, sekitar 42.000 perempuan meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait HIV dan kehamilan.
Kampanye Believe It. Do It diluncurkan menyusul Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai AIDS tahun lalu. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran mengenai Rencana Global yang dikukuhkan para pemimpin untuk mengakhiri penularan HIV pada anak-anak sebelum tahun 2015.
Karusa Kiragu dari Kenya adalah penasihat senior UNAIDS mengenai kesehatan ibu dan anak. Kiragu mengatakan hanya ada dua wilayah di dunia, di mana penularan dari ibu ke anak terus menerus menjadi masalah besar. Tetapi wilayah itu mencakup kawasan yang luas.
“Ini menjadi masalah di kawasan sub-Sahara Afrika dan India, tepatnya 22 negara yang mencakup sekitar 90 persen kasus penularan ibu ke anak secara global. Karena kita telah mampu mengatasi masalahnya di beberapa tempat, kami rasa kita harus bisa mengatasi masalah ini di tempat-tempat lain. Ini juga masalah keadilan. Jika ini bisa dilakukan di suatu tempat, kita seharusnya dapat melakukannya di tempat-tempat lain, “ ujarnya.
Kampanye Believe It. Do It diluncurkan menjelang Hari Ibu, dengan gagasan bahwa setiap hari adalah Hari Ibu. Partisipan sasarannya bukan di sub-Sahara Afrika atau India, tetapi para ibu di Amerika, Inggris, dan negara-negara maju lain. Kiragu mengatakan dukungan mereka diperlukan agar Rencana Global berhasil. Ia mengatakan sudah ada pengetahuan, keterampilan dan sumberdaya yang memadai untuk mengakhiri sebagian besar penularan HIV dari ibu ke anak. Ia mengatakan tanpa obat retroviral, tingkat penularan HIV dari ibu ke bayi pada persalinan mencapai sekitar 40 persen. Dengan perawatan itu, angka tersebut turun menjadi hanya dua persen.
“Di beberapa negara, hingga 90 persen perempuan yang memerlukan obat antiretroviral untuk mencegah penularan dari ibu ke anak mampu mendapatkannya, di sebagian negara lain hanya 12 persen. Jadi ini tergantung pada di mana kita berada. Masing-masing negara juga berusaha untuk memberikan bukan hanya antiretroviral, tetapi antiretroviral berkualitas terbaik, yang dapat berdampak maksimal. Jadi ini bukan sekadar masalah akses, melainkan akses ke antiretroviral berkualitas,” ujarnya lagi.
Direktur Eksekutif UNAIDS Michel Sidibe menyebut Rencana Global untuk mengakhiri penularan HIV pada anak-anak merupakan peluang yang luar biasa, tetapi ia memperingatkan bahwa waktu terus berjalan dan dukungan masyarakat diperlukan.