Tautan-tautan Akses

PBB: Pandemi Covid-19 Sulitkan Negara-negara Paling Tertinggal 


Petugas medis memeriksa suhu tubuh warga di Gatumba di tengah pandemi Covid-19 di Burundi (foto: ilustrasi).
Petugas medis memeriksa suhu tubuh warga di Gatumba di tengah pandemi Covid-19 di Burundi (foto: ilustrasi).

Konferensi PBB Urusan Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) melaporkan, pandemi COVID-19 berdampak buruk pada sebagian besar dari 47 negara tertinggal di dunia. Ekonomi negara-negara itu terpuruk ke tingkat terendah dalam 30 tahun.

Dalam laporan mengenai negara-negara yang paling tertinggal tahun ini, para ekonom UNCTAD memperingatkan, situasi suram sekarang ini tidak akan membaik, kecuali bila negara-negara termiskin di dunia itu secara drastis meningkatkan kapasitas produktif mereka. Badan PBB itu melaporkan pendapatan rata-rata kemungkinan turun sedikitnya di 43 dari 47 negara paling tertinggal atau LDC (Least Developed Countries), mengakibatkan 32 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem.

Direktur UNCTAD Divisi Afrika dan LDC, Paul Akiwumi mengatakan LDC perlu berfokus pada kapasitas produktif mereka untuk menciptakan keaneka-ragaman ekonomi sehingga mereka mampu menghadapi tantangan perubahan iklim, resesi, dan sekarang COVID. Ia mengatakan, LDC harus membangun sumber daya manusia, alam dan modal yang produktif serta kewirausahaan untuk menyediakan barang dan jasa. Ini katanya, akan memungkinkan mereka menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi mereka.

Kini cukup jelas bahwa LDC yang didorong oleh komoditi ekspor perlu mengembangkan model pembangunannya. Kami mengamati melalui krisis COVID ini pada negara-negara yang ekonominya bergantung pada komoditi ekspor, ketika terjadi penutupan wilayah, ekspor mereka menurun. Pendapatan dan pengumpulan pajak mereka turun, sehingga ekonomi mereka sangat menderita.

Akiwumi mengutip dukungan internasional yang lamban merupakan masalah lain. Ia mengatakan, karena pendanaan turun, LDC mempunyai sedikit dana untuk pembangunan sosial dan tidak dapat membayar utang luar negeri mereka.

Laporan itu mendapati, delapan negara LDC, yaitu Bangladesh, Kamboja, Ethiopia, Laos, Myanmar, Nepal, dan Rwanda telah memodernisasi dan mengubah kapasitas produktif mereka menjadi struktur ekonomi yang berkinerja lebih baik. Dikatakan, LDC Asia telah meningkatkan kapasitas manufaktur, yang kini menyumbang 19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan 12 persen lapangan kerja.

Hal itu berbeda dengan LDC Afrika dan Haiti. Laporan itu mengatakan, manufaktur di negara-negara tersebut tetap mandek dan hanya menyumbang sembilan persen PDB dan hanya lima persen lapangan kerja.

UNCTAD menyerukan komunitas internasional untuk berinvestasi, mendanai dan mendukung upaya LDC untuk membangun kembali ekonomi mereka. [ps/ka]

XS
SM
MD
LG