Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Kamis (2/6) mengatakan jumlah orang yang mengungsi di Myanmar untuk pertama kalinya menembus angka satu juta. Lebih dari 500.000 orang dilaporkan telah kehilangan rumah mereka setelah pengambilalihan kekuasaan oleh pihak militer pada tahun lalu.
Dalam laporannya, OCHA mengatakan situasi yang sudah kritis itu diperburuk oleh pertempuran antara pemerintah militer dan lawan-lawannya, kenaikan harga komoditas penting dan datangnya musim hujan. Kondisi tersebut terjadi sementara anggaran untuk mendorong upaya bantuan sangat tidak memadai. Laporan itu mencakup situasi yang terjadi di Myanmar hingga 26 Mei 2022.
Pihak militer telah menghalangi atau menolak akses tim independen ke daerah-daerah yang tidak berada di bawah kendalinya sehingga menghambat upaya bantuan.
Tentara Myanmar pada 1 Februari 2021 lalu merebut kekuasaan dari tangan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi, memicu protes damai yang terus meluas. Ketika gerakan demonstrasi damai dilumpuhkan dengan kekuatan mematikan oleh tentara dan polisi, kelompok oposisi tanpa kekerasan berubah menjadi kelompok perlawanan bersenjata, dan negara itu kemudian tergelincir ke dalam apa yang oleh beberapa pakar PBB gambarkan sebagai perang saudara.
OCHA mengatakan tingkat pertempuran baru-baru ini meningkat.
Laporan itu mengatakan dampak terhadap warga sipil setiap hari semakin memburuk dengan semakin seringnya terjadi serangan tanpa pandang bulu dan insiden yang melibatkan bahaya ledakan, termasuk ranjau darat, dan sisa-sisa bahan peledak lainnya.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 694.300 orang telah mengungsi dari rumah mereka sejak kudeta militer terjadi, dan 346.000 orang yang tinggal di daerah perbatasan – yang dihuni etnis minoritas yang berjuang untuk memperoleh otonomi yang lebih besar selama beberapa dekade ini – terlantar akibat pertempuran sebelum kudeta.
Sekitar 40.200 orang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga dan lebih dari 12.700 “bangunan milik publik,” termasuk rumah, gereja, kuil dan sekolah kini telah hancur.
Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, bantuan kemanusiaan PBB berhasil menjangkau 2,6 juta warga Myanmar atau 41 persen dari total 6,2 juta orang yang menjadi sasaran. Jumlah penduduk Myanmar diperkirakan lebih dari 55 juta orang.
Tetapi OCHA mengingatkan bahwa baru 10 persen dari Rencana Tanggapan Kemanusiaan Myanmar tahun ini yang sudah mendapat anggaran, yang berarti masih terdapat kekurangan hingga $740 juta.
Dalam konferensi pers di Naypitaw pada Rabu (1/6), seorang pejabat dari Kementerian Kesejahteraan, Bantuan dan Pemukiman Kembali mengatakan sejak Mei 2021 hingga 27 Mei 2022 ini pemerintah militer telah mendistribusikan bantuan kemanusiaan pada lebih dari 130.000 orang. [em/jm]