Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (15/1) menyerukan peningkatan koordinasi secara global dalam upaya memerangi virus corona.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengajukan permohonan itu karena jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta pada hari Jumat.
Vaksin yang sangat cepat dikembangkan, kini sedang diluncurkan ke seluruh dunia dalam kampanye secara besar-besaran untuk menaklukkan ancaman COVID-19.
Tonggak pencapaian itu diperoleh lebih dari setahun setelah virus corona pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China.
Jumlah korban tewas berdasarkan data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins, hampir serupa dengan jumlah penduduk kota Brussel, Mekah, Minsk, atau Wina.
Angka itu diperkirakan setara dengan jumlah penduduk wilayah metropolitan Cleveland atau keseluruhan warga di negara bagian Nebraska.
Meski penghitungan didasarkan pada angka yang diberikan oleh lembaga pemerintah di seluruh dunia, jumlah korban yang sebenarnya diyakini secara signifikan lebih tinggi, sebagian dikarenakan pengetesan yang kurang memadai dan banyak kematian secara tidak akurat dikaitkan dengan penyebab lainnya, terutama di awal perebakan wabah.
Delapan bulan diperlukan untuk mencapai 1 juta angka kematian akibat Covid-19. Namun setelah itu, hanya perlu waktu kurang dari empat bulan untuk mencapai 1 juta korban berikutnya.
"Di balik angka yang mengerikan itu terdapat nama-nama dan sejumlah wajah - senyuman yang kini hanya akan menjadi kenangan, kursi yang selamanya kosong di meja makan, ruangan yang bergema dalam kesunyian mereka yang dicintai," Guterres memaparkan lebih jauh.
Sekjen PBB itu menjelaskan jumlah korban "diperparah dengan tidak adanya upaya yang terkoordinasi secara global."
“Sains berhasil, namun solidaritas gagal,” Guterres menambahkan.
Di negara-negara maju termasuk Amerika Serikat, Inggris, Israel, Kanada, dan Jerman, jutaan warga telah mendapat perlindungan dengan sedikitnya satu dosis vaksin yang dikembangkan dengan kecepatan revolusioner dan segera diizinkan untuk digunakan. [mg/pp]