Pejabat militer Thailand menyerahkan diri, Rabu (3/6), untuk menghadapi tuduhan atas dugaan keterlibatannya dalam skandal perdagangan manusia yang mencakup orang-orang dari Thailand, Myanmar dan Malaysia, menandai penahanan pertama pejabat militer sejak pihak berwenang meluncurkan investigasi meluas bulan lalu.
Lebih dari 50 orang, termasuk beberapa politisi dan pejabat lokal, ditangkap setelah ditemukannya 36 mayat yang diyakini merupakan migran Rohingya dari Myanmar di kamp-kamp perdagangan yang terlantar dekat perbatasan Thailand dan Malaysia.
Polisi sedang mencari lebih dari 30 tersangka lain yang diduga terlibat dalam jaringan perdagangan ini.
Thailand bagian selatan telah lama menjadi pusat perdagangan regional untuk migran-migran dari suku minoritas di Myanmar dan untuk orang-orang Bangladesh yang mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara lain. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh otoritas Thailand berkolusi dalam perdagangan ini.
Letjen Manas Kongpaen, penasihat senior Angkatan Darat Kerajaan Thailand yang pernah mengawasi isu perdagangan manusia di provinsi pesisir tersebut, menghadapi tuduhan ganda yaitu perdagangan manusia, membantu warga asing masuk ke negara tersebut secara ilegal, menahan orang-orang secara ilegal dan mencari tebusan untuk membantu para migran.
Setelah surat penangkapan dikeluarkan untuk Manas awal minggu ini, ia tiba di markas besar kepolisian nasional untuk mendengarkan tuduhan-tuduhan sebelum dikirim ke provinsi Songkhla di bagian selatan untuk diinterogasi.
"Ia bersikeras tidak terlibat dan menyangkal semua tuduhan," ujar Kepala Kepolisian Nasional Jenderal Somyot Poompanmoung kepada wartawan.
Pihak militer menyangkal keterlibatan dalam sindikat perdagangan manusia.