Hari Buruh Internasional ini merupakan hari libur umum di banyak negara, meskipun di beberapa negara kegiatan dibatasi, sehingga terkadang mengarah ke konfrontasi.
Sekitar 10.000 pekerja dari berbagai kelompok buruh berkumpul di dekat istana presiden di Jakarta untuk menyuarakan tuntutan mereka. Sebagian besar pekerja datang dari Jakarta dan sekitarnya, tetapi ada juga yang datang dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah agar menghindari outsourcing (alih daya), dan menaikkan upah buruh. Mereka juga meminta pemerintah untuk menghentikan pekerja asing bekerja di Indonesia, dengan alasan pekerja asing mengurangi kesempatan kerja bagi pekerja lokal.
Sekitar 5.000 orang dari berbagai kelompok berkumpul di dekat istana kepresidenan di Manila untuk memprotes apa yang mereka katakan sebagai kegagalan Presiden Filipina Rodrigo Duterte memenuhi janji kampanye untuk mengakhiri sistem kerja kontrak, yakni praktik kerja jangka pendek yang tersebar luas di negara itu. Para pengunjuk rasa juga menuntut agar pemerintah mengatasi berbagai masalah termasuk upah yang rendah, pengangguran dan penindasan terhadap serikat pekerja.
Massa yang terdiri dari sekitar 10 ribu anggota berbagai serikat pekerja, berkumpul di pusat kota Seoul, menuntut upah minimum yang lebih tinggi dan berbagai tuntutan lainnya. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mendesak pemerintah untuk memberlakukan upah minimum 10.000 won (sekitar Rp130.000) per jam dan membuat semua karyawan kontrak menjadi pekerja tetap dengan upah dan perlakuan yang sama. Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Korea.
Sekitar 2.000 pekerja garmen berkumpul di sebuah taman di ibu kota Kamboja, Phnom Penh, untuk menghadiri unjuk rasa yang diselenggarakan oleh koalisi serikat pekerja garmen. Para pekerja bermaksud melakukan aksi jalan kaki ke Majelis Nasional untuk mendesak anggota parlemen agar membantu mereka mengatasi berbagai masalah terkait ketenagakerjaan, tetapi kelompok itu dihentikan oleh polisi anti huru-hara. [lt]