Kelompok sekitar 40 siswa melakukan perjalanan 1.600 kilometer pada libur musim semi untuk menunjukkan inklusifitas (kebersatuan) di depan Gedung Putih.
Bersama orang tua dan orang dewasa lainnya kelompok itu bergandengan tangan dan mengitari bagian lapangan Lafayette di depan Gedung Putih untuk menunjukkan “Kita seharusnya bersatu”. Kampanye mereka dipusatkan pada dampak kebijakan imigrasi terhadap perempuan dan anak-anak. Banyak diantara kelompok itu yang secara langsung terimbas oleh deportasi dan keluarga yang terpisah.
Elena Marquez (17) ingin mengatakan kepada Presiden Donald Trump yang menerapkan kebijakan imigrasinya sebagai masalah keamanan nasional, bahwa tidak semua imigran adalah kriminal, pemerkosa dan gembong narkoba. Lahir di Amerika, ia berusia 12 tahun ketika menyaksikan ayahnya ditangkap dan dideportasi ke Guatemala karena mengemudi tanpa SIM. Ibunya juga imigran gelap sejak itu mengasuh Marquez dan saudara-saudaranya.
“Ketika ayah saya masih ada, ia yang menjemput kami dari sekolah, memasak makan malam jika gilirannya. Ibu saya di sini sendiri tapi ia berusaha melakukan yang terbaik,” kata Marquez.
Marquez mengatakan kini gilirannya untuk melindungi ibunya. “Saya ingin kuliah dan mempelajari hukum,” katanya.
Ide melakukan perjalanan ke ibukota, lahir setelah pejabat di Miami-Dade County, Florida, membatalkan status daerahnya sebagai daerah perlindungan bagi imigran gelap. Daerah semacam ini bersifat selektif mengenai bagaimana mereka bekerja sama dengan Jawatan Imigrasi Federal. [my/al]