Empat anak seorang perempuan imigran gelap Lucia de la Cruz bersembunyi dalam semak-semak dalam perjalanan mereka pulang dari sekolah, ketika mereka melihat orang yang tampak seperti agen imigrasi.
"Mereka hidup dalam ketakutan," kata Lucia de la Cruz.
"Mereka takut akan dideportasi, ketika berangkat atau pulang sekolah di Homestead, Florida," tambah Lucia.
Anak-anaknya bahkan tidak lagi mau masuk sekolah.
"Ini seperti hantu yang bisa memisahkan kita. Saya satu-satunya (orangtua mereka) yang masih tinggal, karena ayah mereka sudah dideportasi karena ketahuan mengemudi dengan SIM yang kadaluarsa," kata De la Cruz.
Dia ingin anak-anaknya dibesarkan di Amerika, dan tidak di tanah airnya, Guatemala, karena dia takut pada geng bersenjata di sana.
"Bayangkan kalau saya dideportasi, itu sama saja dengan hukuman mati. Tidak ada keadilan di Guatemala,” kata De la Cruz.
Laporan-laportan tentang penindakan terhadap imigran gelap baru-baru ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pegiat hak imigran, warga, dan imigran di Amerika Serikat, yang khawatir tentang dampaknya pada anak-anak yang orang tuanya adalah imigran gelap.
Menyaksikan orang tercinta ditangkap dan dideportasi mungkin memiliki pengaruh besar pada kesehatan mental anak-anak, kata Lawrence Palinkas, seorang profesor ilmu kebijakan sosial dan kesehatan di University of Southern California.
"Dampak yang paling umum adalah kecemasan dan depresi. Kecemasan karena tidak adanya stabilitas dan rasa aman dalam keluarga," imbuh Palinkas.
"Sudah pasti anak-anak cenderung mengamati dengan cermat perilaku orang tua mereka," lanjutnya.
Dampak jangka panjang bisa bermacam-macam, tambahnya, dari tingginya rasa cemas dan takut sampai pada timbulnya gejala-gejala depresi sesudah dewasa. [sp]