Suatu pagi pelajar kelas-9 Julian Kennicott duduk di depan sekolahnya, tak jauh dari tempat mobil-mobil menurunkan para murid, sambil mengutak-atik sebuah perangkat berkabel. Dia sedang menguji coba sebuah sensor yang dirancangnya sebagai bagian dari proyek Peragaan Sains. Dia mengukur partikel di udara yang berkaitan dengan asap-asap yang dikeluarkan kendaraan yang berhenti.
"Ini adalah tempat yang tepat untuk melakukannya karena ada banyak mobil yang menaikkan dan menurunkan penumpang. Mobil-mobil itu berhenti sambil tetap menyalakan mesin," ujar Kennicott.
Polusi partikel yang dijuluki "P-M" adalah masalah besar di Salt Lake City di negara bagian Utah.
Apa yang terlihat seperti kabut itu sebenarnya adalah partikel-partikel di udara yang sangat kecil sehingga mudah terhirup. Shea Wickelson adalah guru kimia Julian.
"Kebanyakan partikel itu berasal dari mobil dan truk. Bagi anak-anak yang dibesarkan di Salt Lake, itu adalah bagian dari kehidupan mereka. Udara dingin terperangkap disini di lembah, dan kami terkena dampak polusi," ujar Wickelson.
Insinyur kimia Kerry Kelly bekerja di Universitas Utah. Dengan dukungan dari Yayasan Ilmiah Nasional, mereka bermitra dengan para pelajar untuk mengembangkan jaringan sensor kualitas udara di seluruh kawasan itu. Mereka menamainya “AirU.”
"Kami memasang sensor di sekolah, di rumah-rumah siswa, di lokasi-lokasi lain, dan kami berusaha mendapatkan beragam data terkait ketinggian wilayah, jenis penggunaan lahan dan tingkat sosial ekonomi," ujar Kelly.
Tujuannya adalah memonitor polusi partikel dan memberikan datanya kepada semua orang secara real-time dan dengan format yang mudah dipahami.
“Jadi, salah satu dari titik-titik itu terhubung dengan salah satu sensor dalam jaringan …”
Salah satu sensornya dipasang di sekolah Julian.
“Saran saya buat dulu sensornya sebelum dihubungkan ke kabel …”
Di sekolah Julian, tim itu juga mengadakan kursus mengenai cara membangun sensor dengan balok-balok Lego.
Banyak dari instrukturnya adalah mahasiswa S-1. Mahasiswi Universitas Utah, Katrina Le, membantu mengembangkan modul Lego.
"Tadinya kami punya ide berbeda. Tadinya kami ingin menggunakan kotak permen, tapi kemudian kami pikir Lego lebih menarik bagi para siswa," ujar Le.
Bagi pakar kimia Kerry Kelly, kegiatan ini bisa memupuk literasi sains di tingkat akar rumput.
"Disini di Utah, dan di banyak tempat lain di seluruh AS, kualitas udara merupakan masalah pelik dan apabila kita ingin mengambil keputusan baik mengenai kualitas udara, kita harus mengedukasi generasi penentu kebijakan selanjutnya," ujar Kelly.
Dan dengan mendorong para pelajar untuk peduli lingkungan, bisa menghasilkan masa depan dengan udara yang lebih bersih. [vm]