Tautan-tautan Akses

Pelajar China Berbondong-bondong Kuliah di AS


Para pelajar meninggalkan ujian Scholastic Assessment Tests (SAT) dit AsiaWorld-Expo di Hong Kong (2/11). (Reuters/Tyrone Siu)
Para pelajar meninggalkan ujian Scholastic Assessment Tests (SAT) dit AsiaWorld-Expo di Hong Kong (2/11). (Reuters/Tyrone Siu)

Selain jalan menuju kesuksesan karir dan sosial, kuliah di AS adalah cara menghindari ujian masuk perguruan tinggi di China yang sangat kompetitif.

Para pelajar China merupakan kelompok orang asing terbesar di universitas-universitas di Amerika Serikat dan jumlahnya terus meningkat karena keluarga-keluarga mereka rela mengeluarkan uang banyak untuk membiayai pendidikan di Amerika, yang diharapkan dapat membuka pintu kesuksesan karir dan sosial.

Untuk beberapa orangtua, pendidikan di luar negeri juga dilihat sebagai cara untuk menghindari ujian masuk perguruan tinggi di China yang sangat kompetitif, dikenal sebagai “gaokao”, yang dipandang oleh jutaan remaja sebagai cara untuk keberhasilan atau kegagalan masa depan.

“Kami tidak tahu itu benar atau tidak. Kami hanya merasa lebih baik mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat daripada di China,” ujar seorang ibu bernama Zhao dari Beijing.

Tekanan untuk dapat masuk universitas di China sangat besar, namun persaingan lapangan pekerjaan yang ketat bagi para lulusan juga menimbulkan kegelisahan seiring perlambatan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Tahun ini ada hampir tujuh juta lulusan universitas di China, sebuah rekor baru dan lompatan sebesar 190.000 dibandingkan tahun lalu. Hal ini ini telah meningkatkan tekanan perekrutan kerja, menurut otoritas bidang pendidikan.

Untuk mengejar mimpinya kuliah di AS, Li Shiyuan, 17, mengikuti tiga kursus di Beijing untuk ujian-ujian masuk ke universitas-universitas Amerika, seperti SAT dan TOEFL.

Bulan ini, ia melakukan ujian SAT kedua untuk memperbaiki skor sebelumnya dan ia berencana untuk kembali ke pusat ujian di Hong Kong Desember ini.

“Ini jauh lebih baik daripada di SMA, dimana para guru memberikan tekanan luar biasa pada murid,” ujar Li.

Kursus-kursus yang diikutinya berbiaya 100.000 yuan ($16.400), hampir lima kali lipat pendapatan tahunan dari rata-rata warga kota di China.

“Selama keluarga kami mampu, saya ingin mengirim anak saya kuliah di luar negeri untuk belajar hal nyata,” ujar pengacara Li Xuezong, yang menemani putranya ke Hong Kong.

Ada hampir 200.000 mahasiswa China di universitas-universitas di AS pada tahun ajaran 2011/2012, hampir dua kali lipat jumlahnya dari India, kelompok terbesar kedua dari mahasiswa asing di AS, menurut lembaga Institute of International Education di Amerika. (Reuters)
XS
SM
MD
LG