FBI mengatakan pria yang dituduh menembak sembilan orang jemaah gereja kulit hitam di Charleston, South Carolina, bulan lalu tidak seharusnya diizinkan untuk membeli senjata api.
FBI mengatakan Dylann Roof dapat membeli pistol Glock kaliber 0.45 di bulan April, delapan hari setelah ia berulang tahun ke-21, karena ada kesalahan dalam sistem pemeriksaan latar belakang oleh FBI.
Roof seharusnya dilarang membeli senjata karena ia mengaku pernah menggunakan obat-obatan ilegal. Pengakuan tersebut seharusnya dapat membuatnya tidak lolos pemeriksaan dan tidak diperkenankan membeli senjata, menurut peraturan FBI.
Direktur FBI James Comey mengatakan karena informasinya tidak dimasukkan dengan benar ke dalam pusat data Sistem Nasional Pemeriksaan Latar Belakang Kriminal, petugas yang memeriksa permintaan izin dari Roof untuk membeli senjata tidak pernah melihat informasi tersebut.
Pistol yang dibeli di bulan April itu adalah senjata yang digunakan dalam penembakan di gereja Emanuel AME, Charleston, ujar Comey kepada wartawan di markas besar FBI di Washington.
"Kami semua sangat menyesali hal ini," katanya. "Kalau saja kami dapat memutar waktu."
Roof ditahan di sebuah pusat perbelanjaan di bulan Februari dan ditemukan memiliki sebuah obat terlarang yang biasanya digunakan untuk merawat orang dengan kecanduan heroin. Ini untuk pertama kalinya ia mengakui memiliki obat ilegal.
Comey mengatakan ia diberitahu mengenai kesalahan pemeriksaan tersebut Kamis malam dan telah memerintahkan peninjauan kembali terhadap sistem pemeriksaan latar belakang oleh FBI.
"Kasus ini mengoyak hati kita semua, tapi untuk berpikir bahwa kesalahan kami terkait dengan senjata yang digunakan untuk membantai para korban, sangat menyakitkan bagi kami," katanya.