Yayasan Karang Lestari di Desa Pemuteran, Buleleng, Bali menerima dua penghargaan dari Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) terkait upaya pelestarian terumbu karang di Teluk Pemuteran.
Penghargaan tersebut adalah The Equator Price 2012 untuk program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat dan penghargaan khusus UNDP untuk daerah pengelolaan laut dan terumbu karang. Kedua penghargaan tersebut diterima pada 20 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil, bersamaan dengan pertemuan dunia masalah lingkungan Rio+20.
Ketua Yayasan Karang Lestari, I Gusti Agung Prana, pada Selasa (26/6) mengatakan kedua penghargaan diterima setelah bersaing dengan 812 nomine yang berasal dari 113 negara. Menurut Agung Prana, Yayasan Karang Lestari terpilih karena dinilai berhasil dalam pelestarian terumbu karang berbasis partisipasi masyarakat lokal dengan pengembangan teknologi Biorock atau teknologi percepatan pertumbuhan terumbu karang dengan aliran listrik.
“Teknologi itu dianggap sebagai pendukung karena yang diapresiasi terutama adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat, dan ini yang ingin di inspirasikan secara global kepada dunia,” ujarnya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna, menyatakan telah menyiapkan kebijakan zonasi pemanfaatan kawasan pesisir sebagai upaya pembangunan kawasan pesisir berkelanjutan. Selain itu juga telah dibentuk kelompok masyarakat pengawas dalam bentuk Pecalang Segara atau pengamanan desa adat untuk wilayah laut yang bertugas melakukan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat di laut.
Sementara itu, anggota dewan etik United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau organisasi pariwisata dunia, I Gde Ardika, mengusulkan agar masyarakat Pemuteran segera membentuk badan pengembangan pariwisata untuk mewujudkan wisata ekologi di daerah tersebut.
Pada 1990, terumbu karang di Pemuteran mengalami kerusakan yang cukup parah akibat penggunaan bom ikan oleh para nelayan. Melalui pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat kini kawasan Pemuteran menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.
Penghargaan tersebut adalah The Equator Price 2012 untuk program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat dan penghargaan khusus UNDP untuk daerah pengelolaan laut dan terumbu karang. Kedua penghargaan tersebut diterima pada 20 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil, bersamaan dengan pertemuan dunia masalah lingkungan Rio+20.
Ketua Yayasan Karang Lestari, I Gusti Agung Prana, pada Selasa (26/6) mengatakan kedua penghargaan diterima setelah bersaing dengan 812 nomine yang berasal dari 113 negara. Menurut Agung Prana, Yayasan Karang Lestari terpilih karena dinilai berhasil dalam pelestarian terumbu karang berbasis partisipasi masyarakat lokal dengan pengembangan teknologi Biorock atau teknologi percepatan pertumbuhan terumbu karang dengan aliran listrik.
“Teknologi itu dianggap sebagai pendukung karena yang diapresiasi terutama adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat, dan ini yang ingin di inspirasikan secara global kepada dunia,” ujarnya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna, menyatakan telah menyiapkan kebijakan zonasi pemanfaatan kawasan pesisir sebagai upaya pembangunan kawasan pesisir berkelanjutan. Selain itu juga telah dibentuk kelompok masyarakat pengawas dalam bentuk Pecalang Segara atau pengamanan desa adat untuk wilayah laut yang bertugas melakukan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat di laut.
Sementara itu, anggota dewan etik United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau organisasi pariwisata dunia, I Gde Ardika, mengusulkan agar masyarakat Pemuteran segera membentuk badan pengembangan pariwisata untuk mewujudkan wisata ekologi di daerah tersebut.
Pada 1990, terumbu karang di Pemuteran mengalami kerusakan yang cukup parah akibat penggunaan bom ikan oleh para nelayan. Melalui pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat kini kawasan Pemuteran menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.