Peluncuran yang disebut Korea Utara sebagai uji coba misil balistik antar benua, telah memicu kekhawatiran dan kecaman dari berbagai penjuru dunia. Tidak jelas apakah peluncuran tersebut berarti Korea Utara sekarang memiliki misil yang bisa mencapai Amerika Serikat, namun uji coba tersebut menunjukkan Pyongyang telah mencapai tonggak penting dalam upayanya untuk mengembangkan senjata nuklir.
Hari Selasa di Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jin-ping berjanji akan memperkuat aliansi mereka dalam menghadapi Korea Utara yang semakin membangkang.
"Kami telah sepakat untuk mempromosikan prakarsa bersama kami dengan teguh untuk menemukan solusi masalah Korea berdasarkan program langkah demi langkah Rusia dan dibarengi gagasan China membekukan aktivitas nuklir Korea Utara, serta latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang besar-besaran itu."
Korea Utara mengaku uji coba terbarunya itu adalah misil balistik antar benua, ICBM. Misil itu jatuh di Laut Jepang setelah terbang selama 39 menit.
Uji misil yang ke-11 sepanjang tahun ini, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara terkucil itu kemungkinan sudah hampir memiliki kemampuan senjata yang dapat menjangkau Amerika Serikat.
Kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, melaporkan Kim Jong-un memberitahu para ilmuwan dan teknisi bahwa Amerika Serikat "tidak akan senang" menerima apa yang disebutnya "paket hadiah" pada saat merayakan hari kemerdekaan.
Kim mendesak para ilmuwannya untuk "lebih sering mengirim paket hadiah besar dan kecil kepada orang Amerika."
Di Korea Selatan, pasukan AS dan Korea Selatan mengatakan mereka melakukan latihan misil ofensif beberapa jam setelah peluncuran Korea Utara, dengan maksud melawan "tindakan Korea Utara yang mengganggu kestabilan dan melanggar hukum."
Senin malam (3/7), Presiden Donald Trump mengeluarkan cuitan di Twitter yang menyatakan “Korea Utara baru saja meluncurkan sebuah misil lagi,” dan bertanya, “Apakah pria ini tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan dalam hidupnya?” Ia mengacu pada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Hari Jumat, sewaktu berbicara di Gedung Putih bersama dengan presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Trump menyatakan bahwa Amerika telah habis kesabaran dalam menghadapi Korea Utara.
"Era kesabaran strategis menghadapi rezim Korea Utara sudah gagal. Sudah bertahun-tahun dan gagal. Dan terus terang, kesabaran itu telah berakhir."
Isu Korea Utara kemungkinan akan menjadi agenda teratas dan pusat pembicaraan sewaktu Putin, Xi dan para pemimpin G-20 lainnya bertemu dengan presiden Amerika di Hamburg, Jerman, akhir minggu ini. [