Perkembangan teknologi, media dan telekomunikasi memainkan peran penting dalam perekonomian global. Berbagai inovasi akan meningkatkan produktivitas dalam setiap industri. Metrini Geopani melaporkan perusahaan rekruitmen IT pertama Indonesia, Geekhunter, berupaya mengatasi defisit talenta digital tahun 2030, menurut studi yang dilakukan Korn Ferry.
Simak laporan VOA mengenai peran Geekhunter yang melayani lebih dari 150 perusahaan pemasok tenaga IT di Indonesia dan beberapa negara lain.
Studi tahun 2016 yang dilakukan Korn Ferry menemukan bahwa sejumlah perusahaan tradisional berjuang mendapatkan talenta digital (tech talent) yang mereka butuhkan untuk memenuhi permintaan klien serta melakukan transformasi operasional secara digital.
Sebelum pandemi COVID-19, Talent Crunch menyatakan Indonesia telah menghadapi krisis talenta di mana defisit pekerja terampil dengan pendidikan tinggi (level A) akan mencapai 1,3 juta pada tahun 2020 dan mengalami penurunan pada tingkat 11,2 persen per tahun menjadi 3,8 juta pada tahun 2030. Itu setara dengan 29,9 persen dari angkatan kerja level A Indonesia pada tahun 2030.
Defisit talenta digital Indonesia itu berusaha diatasi Geekhunter dengan memasok pekerja IT ke sejumlah perusahaan. Perusahaan itu juga menyediakan berbagai pelatihan.
Geekhunter, perusahaan rekrutmen IT pertama di Indonesia, berupaya menghubungkan lebih dari 7.000 pekerja IT dengan sejumlah perusahaan. Perusahaan itu juga terlibat membangun ekosistem komunitas dalam bidang teknologi dan secara aktif berkolaborasi di seluruh Indonesia.
Ken Ratri Iswari, salah seorang pendiri Geekhunter menyatakan klien perusahaan pada awalnya kebanyakan berasal dari Singapura dan Malaysia.
“Sekitar 70 persen klien perusahaan dari luar negeri dan 30 persen justru dari lokal, Indonesia. Ketika memasuki tahun 2015, ekonomi digital Indonesia mulai tumbuh dan banyak startup muncul serta adanya gerakan-gerakan dari pemerintah seperti gerakan 1.000 startup.”
Sebagai pemasok tenaga IT, Geekhunter yang berkantor di Jakarta dan Bandung, mulai melakukan pencarian dari 70.000 talenta yang ada dalam data base, komunitas digital dan ekosistem start up Indonesia untuk mendapatkan kandidat yang sesuai keahlian yang dibutuhkan oleh klien.
Malik Krishna adalah seorang kandidat Geekhunter yang kini bekerja di perusahaan pembayaran secara online, sejenis PayPal, di Indonesia. Kepada VOA, pemuda kelahiran Jakarta yang pernah kuliah di Malaysia itu menyampaikan, Geekhunter membantunya menemukan karir yang ia impikan termasuk negosiasi gaji dan cakupan penuh layanan serta fasilitas yang disediakan perusahaan penerima mulai dari masa percobaan hingga menjadi pegawai tetap.
Pekerja IT yang bertemu dengan banyak headhunter sejak tahun 2015 itu membagikan pengalamannya tentang perusahaan headhunter yang menyediakan layanan yang bagus di Indonesia. “Yang saya perhatikan headhunter yang bagus itu bisa mendesain jalur untuk karir progression (berlanjut), misalnya seperti saya di bidang product, at the end pencapaian yang tertinggi pekerja IT bagian product bisa dibilang jadi CPO, chief product officer. Oleh karena itu mereka bisa memberikan langkah-langkahnya.”
Kepada VOA, Ken Iswari menjelaskan market size Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara menyebabkan klien-klien perusahaan Geekhunter lebih memilih pekerja IT Indonesia. Selain hemat biaya, klien perusahaan asing itu juga menjadikan Indonesia sebagai tempat mereka beroperasi mendapatkan tenaga-tenaga pengembang piranti lunak berkualitas yang tidak kalah dibandingkan pekerja IT di negara mereka sendiri.
Ketika ditanya mengenai pengetahuan dan keterampilan digital yang dibutuhkan di lapangan pekerjaan, Ken menyebut talenta ABC, yang meliputi artificial intelligence, big data dan cloud computing. “Jadi ini tiga skill yang sekarang sudah banyak banget dicari dan ke depannya juga akan masih lebih banyak lagi dicari.”
Studi Korn Ferry memproyeksikan semua negara kecuali India pada tahun 2030 akan menghadapi defisit talenta dalam bidang teknologi, media dan telekomunikasi, termasuk Indonesia.
Malik yang pernah bekerja di startup kemudian mengurusi fitur-fitur pembayaran, logistik, customer support improvement sebagai seorang produk manajer terus menambah pengetahuan dan mempertajam keahlian dalam bidang e-commerce. “Nah, itu pertama kali aku bermain dengan big data, machine learning atau cloud technology. Bersyukur sekali, saya bertemu Geekhunter yang sudah kenalin saya ke Bukalapak.”
Teknologi sendiri tidak dapat meningkatkan produktivitas yang diharapkan jika tidak ada cukup pekerja dengan keterampilan yang tepat. Demikian halnya Malik dan Ken yang terus mengasah ketrampilan, merekrut para pekerja IT Indonesia sekaligus mempertemukan dengan perusahaan, tempat pekerjaan yang mereka impikan. [mg/ka]