Demonstran dan pasukan keamanan Lebanon terus berhadapan pada hari Kamis (31/10) dalam kampanye pembangkangan sipil yang terus berlangsung untuk menyingkirkan elit yang berkuasa di negara itu.
Polisi antihuru-hara membuka kembali sebagian besar jalan raya utama hari Rabu, tetapi demonstran kembali ke jalan-jalan hari Kamis, mengulang proses yang kini memasuki pekan ke-tiga.
Protes antipemerintah di berbagai penjuru negara itu yang dimulai pada 17 Oktober lalu telah memaksa sekolah-sekolah, bank, dan bisnis tutup.
Kelas-kelas diperkirakan dimulai kembali untuk pertama kalinya dalam dua pekan, tetapi banyak orang tua yang menerima SMS, Rabu malam (30/10) yang menyatakan sekolah masih tetap ditutup karena alasan keamanan.
Bank-bank siap dibuka kembali hari Jumat di tengah-tengah keprihatinan yang berkembang bahwa krisis ekonomi di negara itu akan memburuk.
PM Saad Hariri hari Selasa mengajukan pengunduran dirinya, memberi kemenangan pertama bagi para demonstran, tetapi sekaligus menciptakan lebih banyak lagi ketidakpastian politik dan ekonomi.
Para demonstran menuntut disingkirkannya kelompok politik yang telah berkuasa di negara itu sejak perang saudara 15 tahun di sana berakhir pada tahun 1990. Negara itu didominasi oleh faksi-faksi yang terkait dengan Hezbollah, kelompok bersenjata paling berpengaruh di Lebanon.
Sejak perang berakhir, Lebanon masih kerap mengalami pemadaman listrik dan pasokan air yang tidak dapat diandalkan.
Negara itu memiliki utang 86 miliar dolar, 150 persen dari produk domestik brutonya. [uh/lt]