Presiden Joe Biden memerintahkan militer Amerika Serikat (AS) untuk membangun pelabuhan di Gaza guna memfasilitasi pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan orang-orang di Palestina yang terjebak serangan militer Israel melawan Hamas. Hal tersebut disampaikan Biden dalam pidato kenegaraan tahunan di hadapan Kongres pada Kamis (7/3) malam.
Menurut rencana pelabuhan ini berupa dermaga sementara yang akan menyediakan kapasitas untuk ratusan truk bantuan kemanusiaan setiap hari. Pengiriman pertama dijadwalkan tiba melalui Siprus dengan dukungan militer AS bersama koalisi mitra dan sekutu, demikian kata seorang pejabat senior pemerintah yang tidak mau disebut namanya dalam pengarahan kepada wartawan pada Kamis.
Kemlu RI: Pembangunan Pelabuhan di Gaza, Upaya “PR” AS
Menanggapi rencana tersebut, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsyih pada Jumat (8/3) mengatakan jika langkah tersebut benar dilakukan Amerika, maka hal itu tidak lebih semacam upaya “public relation” (PR) untuk memberi citra positif bahwa Amerika peduli dengan kondisi di Gaza, setelah beberapa kali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB dan tidak ada upaya untuk menghentikan kebrutalan militer Israel di Gaza.
Lebih jauh Bagus mengatakan rencana AS untuk membangun pelabuhan di Gaza untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan menunjukkan tekanan masyarakat dunia yang sangat kuat dan sedikit banyak mempengaruhi kebijakan Joe Biden di kawasan itu. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat dunia tidak menutup mata terhadap konflik kekerasan yang semakin mengerikan di Gaza.
“Setidaknya menunjukan ada upaya Amerika untuk melakukan tindakan konkret dalam rangka upaya menyelesaikan masalah di Gaza. Tetapi saya menekankan pada dasarnya akar masalah rakyat Palestina bukan untuk mendapatkan bantuan, bukan untuk mendapatkan belas kasihan dunia internasional – walaupun mereka perlu karena kondisi di negaranya – tetapi yang paling dibutuhkan rakyat Palestina sekarang adalah kemerdekaan,” tegas Bagus.
Pengamat: Pembangunan Pelabuhan di Gaza Jadi Bukti AS Tak Mampu Tekan Israel
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai upaya AS untuk dapat mendistribusikan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina di daerah kantong Jalur Gaza, baik lewat udara ataupun dengan rencana pembangunan pelabuhan, memiliki banyak faktor.
Yang paling jelas, kata Yon, adalah faktor ketidakmampuan AS dalam menekan Israel agar membuka jalur kemanusiaan seluas-luasnya. Ia merujuk pada beragam persyaratan yang diajukan Israel bagi setiap truk yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, mulai dari pemeriksaan identitas pengemudi hingga pemeriksaan setiap barang yang dibawa.
Masuknya bantuan lewat jalur laut akan lebih mudah dilakukan karena Israel tidak mengontrol wilayah laut, dan kapal atau truk yang membawa bantuan tidak langsung berhadapan dengan Israel, ujarnya.
“Agak aneh ketika upaya kemanusiaan itu sangat sulit menembus wilayah Gaza, yang seharusnya agensi internasional diberi keleluasaan guna menyelamatkan jutaan warga Palestina, tapi kini menempuh jalan yang memang menunjukkan imunitas Israel dari tekanan dunia internasional," ujar Yon.
Faktor kedua adalah kegeraman dan ketidaksabaran AS terhadap apa yang dilakukan pasukan Israel di Gaza. Hal ini tampak dari pernyataan Kepala Komando Pusat Amerika (CENTCOM) Jenderal Erik Kurilla di hadapan Komite Layanan Angkatan Bersenjata Senat pada Kamis (7/3), di mana ia menggambarkan situasi kekerasan yang mengerikan di wilayah itu.
"Saya berada di wilayah tersebut minggu lalu," kata Kurilla. "Saya melihat 2.500 truk bermuatan penuh bantuan kemanusiaan menunggu untuk masuk begitu lama. Tantangannya adalah keamanan dan distribusi di dalam Gaza," tambahnya.
Pengumuman Biden soal rencana membangun pelabuhan di Gaza ini hanya berselang dua hari setelah AS mengirimkan bantuan kemanusiaan lewat udara, mengikuti jejak Yordania dan beberapa negara lain.
Yon Machmudi menilai perubahan haluan AS dalam menyikapi perang Israel-Hamas ini juga tidak lepas faktor ketiga, yaitu upaya pemerintah Biden menarik simpati dan dukungan warga Muslim di AS.
Warga Muslim yang berjumlah sekitar 3% dari total populasi AS telah mengirim pesan yang sangat jelas kepada Biden dalam pemilihan pendahuluan di belasan negara bagian pada Selasa (5/3). Mereka menegaskan tidak akan memilih Biden di pilpres November nanti jika presiden dari Partai Demokrat itu tidak berupaya keras menekan Israel supaya menyudahi perangnya di Gaza. Meskipun menurutnya hal ini saja tidak cukup, mengingat kapasita negara adi daya ini yang begitu besar.
Yon berharap AS dapat memberi tekanan lebih kuat terhadap Israel, antara lain lewat penghentian bantuan dana dan senjata kepada Israel jika tidak membuka akses masuknya truk-truk bantuan kemanusiaan itu. [fw/em]
Forum