Sekitar 1.500 tentara pemberontak berkumpul di kota Gazientep, Turki bersiap-siap untuk mengusir pejuang ISIS dari kota Jarabulus, Suriah.
Pesta perkawinan di Gazientep diguncang oleh bom bunuh diri hari Sabtu (20/8) menewaskan 54 orang. Turki menuduh ISIS melakukan serangan itu.
Para analis mengatakan serangan baru Turki terhadap ISIS di Jarabulus menimbulkan pertanyaan mengenai langkah Turki berikutnya di Suriah dan menimbulkan pertanyaan mengenai apa peran pasukan yang bersaing di kawasan itu dengan menarget ISIS.
Serbuan pemberontak Suriah dari Turki bisa menyebabkan konfrontasi langsung dengan pasukan Kurdi yang didukung Amerika.
“Konflik antara kedua pihak tidak terelakkan,” kata Daryous Darwish, analis masalah Suriah yang berkantor di Perancis.
“Kota ini penting bagi semua pihak yang terlibat karena kelompok manapun yang menguasainya akan mendapat akses hampir 100 kilometer di sepanjang perbatasan dan 15 kilometer dalam wilayah Suriah,” kata Darwis dalam wawancara melalui telepon kepada VOA.
Jarabulus dikuasai oleh ISIS lebih dari dua tahun dan menjadi perbatasan penting dimana pasokan militer dan pejuang asing dilaporkan dibawa ke wilayah-wilayah ISIS di Suriah.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang umumnya Kurdi dan didukung Amerika juga ingin membebaskan kota itu dari ISIS. Tapi Turki tidak ingin Kurdi menguasai kota itu dan melatih pemberontak Suriah di Turki untuk mengusir ISIS.
“Jarabulus penting bagi SDF,” kata Mustafa Abdi, seorang aktivis setempat.
"Merebut Jarabulus dari ISIS, berarti militan tidak akan memiliki akses lagi pada perbatasan dan akan memungkinkan SDF memusatkan perhatian untuk melawan mereka di tempat lain," tegasnya.
Tapi kelompok Kurdi telah menyampaikan keprihatinan mengenai maksud Turki sebenarnya meningkatkan kegiatan militernya di Jarabulus. [my/al]
