Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd, mengatakan, Rabu (24/5), pelaku pemboman bunuh diri dalam serangan hari Senin setelah sebuah konser di Manchester sebetulnya sudah masuk dalam pantauan dinas-dinas intelijen Inggris.
Ia mengatakan kepada BBC, kemungkinan pelaku melakukan aksinya tidak sendirian.
Sejak serangan itu terjadi, para penyelidik telah berusaha memastikan apakah pembom yang diidentifikasi sebagai Salman Abedi, yang berusia 22 tahun, adalah bagian dari sebuah jaringan yang lebih besar. Mark Rowley, kepala satuan anti teror kepolisian Inggris, Selasa malam, menggambarkan penyelidikan mengalami kemajuan dan sedang menelusuri sejumlah petunjuk. Namun, ia mengatakan, pihak berwenang masih belum bisa mengatakan apakah Abedi melakukan aksinya sendirian.
Pernyataannya itu dikeluarkan setelah sebuah panel kontra terorisme Inggris meningkatkan kesiagaan negara itu ke tingkat kritis, atau tertinggi, yang mengisyaratkan bahwa serangan berikutnya kemungkinan terjadi dan bahkan bisa dalam waktu dekat.
Perubahan itu terlihat jelas dengan dikerahkannya tentara-tentara untuk mengawasi sejumlah tempat, termasuk untuk kegiatan-kegiatan besar seperti konser dan pertandingan sepakbola.
Ledakan seusai konser bintang musik pop Ariana Grande di Manchester Arena menewaskan 23 orang dan mencederai 64 lainnya. Dua puluh lima orang dikabarkan berada dalam kondisi kritis. Pelaku serangan dilaporkan tewas di lokasi kejadian.
ISIS mengaku mendalangi serangan itu, namun dinas intelijen Inggris dan AS belum mengukuhkannya. Menteri Dalam Negeri Perancis Gerard Collomb mengatakan kepada stasiun televisi BFM, Rabu, dinas intelijen Inggris dan Perancis memiliki informasi bahwa Abedi kemungkinan pernah bepergian ke Suriah.
Polisi menangkap seorang pria berusia 23 tahun, Selasa, namun tidak jelas apa keterkaitannya dengan serangan hari Senin. [ab/as]