Departemen Luar Negeri menyebut lawatan diplomatik Menteri Luar Negeri Rex Tillerson yang pertama ke Afrika sebagai misi untuk menegaskan kembali kolaborasi Amerika Serikat dengan benua tersebut dalam kontraterorisme, pembangunan dan tata pemerintahan yang baik.
Pemecatan mendadak Tillerson, Selasa (13/3), hanya beberapa jam setelah dia kembali dari lawatan lima hari ke lima negara Afrika, menimbulkan pertanyaan mengenai kekuatan setiap komitmen yang dibuatnya di sana, kata beberapa pengamat senior Afrika.
"Saya tidak tahu bagaimana orang Afrika akan menanggapinya," kata John Campbell, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Nigeria pada 2004-2007.
Campbell, seorang pakar Afrika di Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan lawatan Tillerson merupakan upaya memperbaiki hubungan setelah Presiden Donald Trump dua bulan yang lalu menyebut negara-negara Afrika sebagai "negara-negara kumuh."
Pemecatan diplomat tertinggi AS itu bisa ditafsirkan sebagai "satu lagi contoh bagaimana pemerintah Amerika tidak menghargai Afrika," kata Campbell. "Lantas apa arti berbagai jaminan yang mungkin telah diberikan oleh menteri selama pertemuannya kalau ia kemudian dipecat?"
Nigeria adalah salah satu persinggahan Tillerson dalam lawatannya di Afrika, yang juga mencakup kunjungan ke Chad, Djibouti, Ethiopia dan Kenya.
Persinggahan pertamanya adalah Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, di mana dia bertemu dengan tokoh-tokoh penting termasuk ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat. Mahamat dalam sebuah cuitan di Twitter setelah pertemuan dengan Tillerson mengatakan keduanya telah melakukan "diskusi yang bermanfaat" mengenai perdamaian dan keamanan, "termasuk inisiatif yang dipimpin Uni Afrika untuk memerangi teror." [my/ds]