Hadiah Nobel tahun 2012 untuk sastra telah menjadi berita besar di Tiongkok, yang disambut baik di televisi dan internet, dengan cara yang sangat berbeda dari sikap Tiongkok atas penghargaan ini di tahun 2000.
Hanya beberapa menit setelah Akademi Swedia menganugerahkan penghargaan itu kepada penulis Tiongkok Mo Yan, televisi pemerintah menghentikan acara biasa untuk mengumumkan anugerah tersebut.
Jutaan warga Tiongkok membanjiri media sosial dan situs-situs micro-blogging untuk mengutarakan perasaan mereka, dan banyak menyebut hadiah itu satu kemenangan. Jalan-jalan di Beijing juga dipenuhi luapan kegembiraan warga Tiongkok.
Ini bukanlah pertama kalinya seseorang dari Tiongkok dianugerahi kehormatan bergengsi. Tahun 2000, Akademi Swedia menganugerahkan hadiah sastra bagi penulis Tiongkok Gao Xingjian atas pemahamannya yang mendalam dan keahlian bahasanya.
Belum lama ini, Komite Nobel menganugerahkan Hadiah Perdamaian tahun 2010 kepada penulis yang dipenjarakan yang juga seorang aktivis, Liu Xiaobo, yang menimbulkan kemarahan Tiongkok. Para pejabat Tiongkok mengatakan pemberian hadiah Nobel kepada Liu adalah penghinaan. Baik Liu maupun keluarganya tidak dizinkan menghadiri upacara penganugerahan hadiah itu di Oslo, dimana ketidak-hadirannya ditandai dengan satu kursi kosong di atas panggung.
Reaksi resmi Beijing sangat bertentangan dengan reaksi dua tahun lalu, ketika Tiongkok menanggapi dengan marah Hadiah Nobel Perdamaian untuk Liu. Nama Liu segera dilarang dari diskusi umum dan dia dicemoohkan sebagai alat Barat.
Pemenang hadiah Nobel Sastera dari Tiongkok Mo Yan secara tidak diduga memecah kebungkamannya mengenai penderitaan rekan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Liu Xiaobo, dengan mengatakan dia berharap penulis pembangkang itu akan segera dibebaskan dari penjara.
Mo, yang memenangkan hadiah Nobel bergengsi itu hari Kamis, telah dikecam oleh para pembangkang karena sebelumnya gagal berbicara keras mengenai Liu, yang sedang menjalani hukuman penjara 11 tahun karena tuduhan menghasut subversi.
Mo membuat pernyataannya sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di kotanya di provinsi Shandong hari Jumat (12/10). Ucapan Mo itu kemungkinan besar akan memalukan pemerintah Tiongkok, yang telah memuji-muji pengarang berusia 57 tahun itu karena mewakili apa yang disebutnya nilai-nilai umum.
Hanya beberapa menit setelah Akademi Swedia menganugerahkan penghargaan itu kepada penulis Tiongkok Mo Yan, televisi pemerintah menghentikan acara biasa untuk mengumumkan anugerah tersebut.
Jutaan warga Tiongkok membanjiri media sosial dan situs-situs micro-blogging untuk mengutarakan perasaan mereka, dan banyak menyebut hadiah itu satu kemenangan. Jalan-jalan di Beijing juga dipenuhi luapan kegembiraan warga Tiongkok.
Ini bukanlah pertama kalinya seseorang dari Tiongkok dianugerahi kehormatan bergengsi. Tahun 2000, Akademi Swedia menganugerahkan hadiah sastra bagi penulis Tiongkok Gao Xingjian atas pemahamannya yang mendalam dan keahlian bahasanya.
Belum lama ini, Komite Nobel menganugerahkan Hadiah Perdamaian tahun 2010 kepada penulis yang dipenjarakan yang juga seorang aktivis, Liu Xiaobo, yang menimbulkan kemarahan Tiongkok. Para pejabat Tiongkok mengatakan pemberian hadiah Nobel kepada Liu adalah penghinaan. Baik Liu maupun keluarganya tidak dizinkan menghadiri upacara penganugerahan hadiah itu di Oslo, dimana ketidak-hadirannya ditandai dengan satu kursi kosong di atas panggung.
Reaksi resmi Beijing sangat bertentangan dengan reaksi dua tahun lalu, ketika Tiongkok menanggapi dengan marah Hadiah Nobel Perdamaian untuk Liu. Nama Liu segera dilarang dari diskusi umum dan dia dicemoohkan sebagai alat Barat.
Pemenang hadiah Nobel Sastera dari Tiongkok Mo Yan secara tidak diduga memecah kebungkamannya mengenai penderitaan rekan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Liu Xiaobo, dengan mengatakan dia berharap penulis pembangkang itu akan segera dibebaskan dari penjara.
Mo, yang memenangkan hadiah Nobel bergengsi itu hari Kamis, telah dikecam oleh para pembangkang karena sebelumnya gagal berbicara keras mengenai Liu, yang sedang menjalani hukuman penjara 11 tahun karena tuduhan menghasut subversi.
Mo membuat pernyataannya sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di kotanya di provinsi Shandong hari Jumat (12/10). Ucapan Mo itu kemungkinan besar akan memalukan pemerintah Tiongkok, yang telah memuji-muji pengarang berusia 57 tahun itu karena mewakili apa yang disebutnya nilai-nilai umum.