Dalam sebuah acara yang berlangsung di Jakarta, Jumat malam (13/12), Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said menegaskan, meski sektor migas sudah sulit dipercaya, pemerintah akan berupaya memperbaiki kesan tersebut.
“Saya punya dua kepercayaan, satu, di jaman sekarang tidak ada kejahatan yang berlangsung lama. Akan ada batasnya karena peran sosial media, karena peran institusi seperti KPK. Yang kedua, akan semakin banyak orang-orang muncul dalam peran-peran pemerintahan," kata Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said.
"Kalau jaman dulu orang jujur ditanya kenapa jadi menteri ya padahal jujur, sekarang lama-lama akan ditanya kenapa jadi pejabat padahal bermasalah, dari sektor saya ini satu environtment yang sangat membantu karena kalau boleh dibilang kehadiran saya disektor ini mungkin tidak diduga dan saya menikmati suasana tidak diduga itu karena semua pihak melihat sektor ini begitu repot,” lanjutnya.
Menteri ESDM, Sudirman Said menambahkan, jika tidak cepat dibenahi, sektor migas akan terus menjadi beban bagi anggaran negara.
“Berbagai masalah yang sedang dihadapi itu menyimpulkan bahwakita sebetulnya memasuki era krisis energi, suplai kita itu untuk BBM 50 persen diimpor, karena memang lifting kita tidak berkunjung naik, tapi juga kapasitas kilang kita semakin hari semakin rendah. Ini beberapa hal yang harus kita atasi bersama-sama," jelas Menteri ESDM.
Ditambahkan Menteri Sudirman Said, Kementerian ESDM dalam lima tahun ke depan secara hulu harus mampu membangun pondasi untuk mendorong eksplorasi. "Supaya sedikit mengerem penurunan cadangan, dari sisi hilir kita harus mengembalikan tingkat keamanan suplai kita minimal 30 hari, kemudian kita harus bangun kilang-kilang,” kata Menteri Sudirman Said.
Reformasi sektor migas ditegaskan Menteri ESDM, Sudirman Said tidak hanya memperbaiki kondisi yang ada, melainkan juga berupaya melakukan terbosan termasuk memberdayakan energi baru dan terbarukan.
“Energi baru kita tertinggal, kalau kita berbicara energi mix itu hanya 6-7 persen dari keseluruhan konsumsi energi kita, kita depend on BBM. Nomor duanya adalah batu bara, nomor tiganya adalah gas. Padahal gas kita sebetulnya stoknya cukup, infrastrukturnya sangat tertinggal. Kita musti kejar bagaimana menangani infrastruktur gas dan disepakati bahwa sebagian dari ruang fiskal dialokasikan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur gas,” tegas Menteri ESDM.
Pertamina menyatakan siap membantu Kementerian ESDM, termasuk diantaranya fokus pada persoalan penyediaan kilang minyak.
“Bagaimana kita membangun, meningkatkan revitalisasikilang-kilang yang ada, kita cek semua lalu tentu saja membangun yang baru. Kalau misalnya nanti Pertamina bisa langsung berinvestasi sendiri, ya dilakukan, tetapi kalau tidak maka kita harus menggandeng mitra-mitra strategis,” kata Diretur Utama. PT. Pertamina, Dwi Soetjipto.
Saat ini, kemampuan produksi minyak dalam negeri sekitar 800 ribu barrel per hari, sementera kebutuhan minyak nasional sebesar 1,4 juta barrel perhari sehingga sisanya pemerintah harus impor dengan anggaran sekitar Rp 1,7 trilyun per hari.