Para pegawai kantor federal pemerintah Amerika juga mendapat instruksi terkait perjalanan ke kawasan-kawasan yang dilanda virus corona, bahkan menghentikan sementara perjalanan domestik dan internasional jika tidak mendesak.
Danang Avi Santoso bekerja di divisi teknologi untuk kantor pemrosesan pengungsi (WRAPS RPC) di Virginia yang menganjurkan pegawainya untuk bekerja dari rumah.
"Jadi kalau ada anggota keluarga yang sakit, kita harus tinggal di rumah, telecommute, kalau ada dugaan corona kita juga harus melapor demikian juga kalau ada anggota keluarga yang kena virus," kata Avi.
Di sektor swasta, bisnis dan perusahaan-perusahaan besar AS berupaya menjaga karyawan tetap sehat dan membatasi bahkan menghentikan perjalanan dinas.
Dewo Pamungkas adalah Senior Technical Engineering perusahaan swasta di negara bagian Ohio mengatakan perusahaannya telah memberlakukan larangan terkait perebakan virus corona.
"Kalau untuk internasional travel dikurangi tapi untuk negara seperti China atau Korea Selatan, Iran, Itali itu tidak diperbolehkan," ujarnya.
Amazon, perusahaan ritel online besar yang berbasis di Seattle telah memberitahu hampir 800 ribu karyawannya untuk menunda perjalanan di dalam dan ke luar Amerika yang dianggap tidak perlu.
Perusahaan-perusahaan teknologi dan jejaring sosial raksasa di Silicon Valley seperti Twitter, juga menyarankan pegawainya di seluruh dunia agar bekerja dari rumah. Google juga menginstruksikan hal serupa bagi 8.000 karyawannya yang berada di Dublin, kantor pusatnya di wilayah Eropa, Selasa.
Wakil Presiden AS Mike Pence akhir pekan lalu (29 Februari 2020) telah mengumumkan pemberlakuan larangan perjalanan terkait virus Corona. Larangan ini merupakan tambahan dari larangan sebelumnya untuk perjalanan dari Iran termasuk yang pernah mengunjungi Iran dan negara-negara terjangkit virus dalam 14 hari terakhir.
"Selain Iran kita juga meningkatkan menjadi peringatan ke tingkat tertinggi, yaitu level 4, yang menganjurkan agar warga Amerika tidak melakukan perjalanan ke kawasan tertentu seperti Italia dan Korea Selatan," kata Pence
Pembatalan dan larangan perjalanan karena virus Corona telah berimbas pada proyeksi pertumbuhan ekonomi tidak saja di Amerika namun juga di seluruh dunia dan sangat merugikan sektor perjalanan.
Asosiasi Bisnis Perjalanan Global, Rabu 4 Maret 2020 memperkirakan kerugian yang dialami industri bisnis travel akibat virus corona mencapai 47 miliar dolar setiap bulan.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Rabu juga mengatakan wabah virus itu menghantam permintaan penerbangan penumpang pada Januari, memperlambat pertumbuhan bulanan ke level terendah sejak April 2010, ketika gunung berapi meletus di Islandia, menyebabkan penutupan wilayah udara besar-besaran dan kekacauan perjalanan di Eropa selama berhari-hari. [my/jm]