Tautan-tautan Akses

Filipina Gugat Sanofi untuk Kasus Vaksin Dengue


Para demonstran menunjukkan slogan dalam demonstrasi memprotes program pemberian vaksin antidengue Dengvaxia terhadap lebih dari 700.000 anak Filipina di Manila, Filipina, 18 Desember 2017. Vaksin kontroversial itu dibuat oleh Sanofi Pasteur
Para demonstran menunjukkan slogan dalam demonstrasi memprotes program pemberian vaksin antidengue Dengvaxia terhadap lebih dari 700.000 anak Filipina di Manila, Filipina, 18 Desember 2017. Vaksin kontroversial itu dibuat oleh Sanofi Pasteur

Kantor Pengacara Pemerintah Filipina, Senin (5/2), menggugat Sanofi, perusahaan farmasi asal Perancis untuk menuntut pemberian ganti rugi kepada orang tua seorang anak perempuan berusia 10 tahun, yang menurut mereka meninggal akibat menerima vaksinasi antidengue.

Kantor Pengacara Publik (PAO) mengatakan Sanofi, beberapa mantan pejabat dan pejabat yang masih bertugas dari Kementerian Kesehatan dan distributor vaksin domestik, Zuellig Pharma Corp. harus dinyatakan bertanggung jawab secara bersama atas kematian Anjielica Pestilos.

Pestilos adalah satu dari lebih dari 800 ribu anak Filipina berusia 9 dan di atasnya, yang telah menerima imunisasi Dengvaxia.

Badan pemerintah itu menuntut kompensasi hingga 4,2 juta peso ($81.600) atas kematian Angelita. PAO mengatakan Pestilos seharusnya tidak diimunisasi oleh vaksin Dengvaxia karena pemeriksaan forensik menunjukkan dia pernah menderita penyakit itu sebelumnya.

“Ada banyak pendarahan dari paru-parunya, dari liver, hati, dan perut yang berasal dari penyakit seperti viscerotropik, yang disebabkan suntikan Dengvaxia,” kata Erwin Erfe, ahli forensik dari PAO, dalam konferensi pers. Dia mengatakan hal yang baru dia ungkapkan adalah penyebab dasar kematian anak perempuan itu.

Namun Sanofi mengatakan tidak ada kematian akibat pemberian vaksin tersebut.

“Dalam beberapa percobaan klinis yang dilakukan lebih dari satu dekade dan lebih dari satu juta dosis vaksin yang diberikan, tidak ada kematian yang memiliki hubungan kausal dengan vaksin yang telah dilaporkan kepada kami,” Sanofi mengatakan dalam pernyataannya.

Sanofi juga menolak permintaan Kementerian Kesehatan untuk mengembalikan dana pemerintah sejumlah dosis vaksin yang sudah digunakan karena, kata Sanofi hal itu akan “menunjukkan bahwa benar vaksin tidak efektif, padahal tidak benar.”

Menteri Kesehatan Francisco Duque mengatakan kontroversi vaksin Dengvaxia telah “mencoreng kredibilitas” program imunisasi negara itu.

Kementerian Kesehatan telah menghentikan program imunisasi dengue menyusul peringatan dari Sanofi, akhir November tahun lalu. Dalam peringatannya, Sanofi mengatakan vaksin tersebut bisa saja meningkatkan risiko terjangkit dengue yang lebih parah, untuk pasien-pasien yang belum pernah menderita dengue sebelumnya. [fw/au]

XS
SM
MD
LG